BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
- Latar Belakang Kitab Amos.......................................................................... 1
- Tujuan Penulisan Kitab Amos ...................................................................... 2
- Ciri-ciri Khas Kitab Amos ............................................................................ 3
BAB II PENGHUKUMAN BAGI PEREMPUAN-PEREMPUAN SAMARIA
DAN ORANG ISRAEL YANG TIDAK
BERTOBAT BERDASARKAN
AMOS 4:1-13............................................................................................... 4
- Latar Belakang Tokoh .................................................................................. 4
- Tafsiran Amos ............................................................................................... 6
Ayat 1-3 ........................................................................................................ 6
Ayat 4-5 ........................................................................................................ 10
Ayat 6-13 ...................................................................................................... 16
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ v

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar-Belakang Kitab Amos
Allah telah mengutus nabi-Nya untuk menyampaikan
firman-Nya bagi Israel, dengan tujuan mengarahkan mereka hidup dalam
ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum kebenaran firman Allah. Misalnya Musa
mengarahkan orang Ibrani-Israel untuk menyatakan bahwa Allah nenek moyang
mereka ingat kepada perjanjian-Nya dengan keturunan Abaraham, Ishak dan Yakub
setelah 400 tahun ditindas di negeri Mesir. Membawa mereka ke luar dari Mesir
kepada tanah Kanaan untuk beribadah/percaya kepada Tuhan dan hanya kepada-Nya
saja berpaut dan hidup mengandalkan-Nya. Demikian juga halnya Amos dipanggil
Allah untuk menyampaikan firman-Nya kepada Yehuda dan Israel serta
bangsa-bangsa lainnya. Dengan tujuan ilahi mereka bertobat dan hidup menurut
ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum Allah. Firman yang disampaikan Amos berupa
seruan pertobatan nasional dan berupa nubuatan penghukuman jikalau mereka tidak
merseponi perkataan yang Allah nyatakan kepada Amos sebagai pembicara Allah. Nubuat Amos ini masih tersimpan dalam sebuah kitab yang
disebut sesuai dengan namanya yaitu Amos. Bagian-bagian kitab ini melukiskan
berbagai nubuat penghukuman. Penghukuman ini tampak dalam penglihatan
berdasarkan catatan-catatan Amos sendiri[1].
Amos bernubuat kepada kerajaan Utara pada
pertengahan abad ke 8 sM, bangsa itu
secara lahiriah berada di puncak perluasan wilayah, stabilitas politik dan
kemakmuran nasional, tetapi secara batiniah sudah rusak. Kemunafikan dan
penyembahan berhala telah merata, masyarakat hidup mewah secara berlebihan,
kebejatan moralitas merajalela, sistem peradilan rusak dan penindasan orang
miskin dan lemah sudah lumrah terjadi. Amos pergi ke Betel atas panggilan
Allah, tempat tinggal raja Yerobeam II, dan pusat agama yang dibanjiri dengan
penyembahan berhala[2].
Upacara-upacara keagamaan tetap diselenggaraka (4:4-5), namun yang terjadi
adalah kehidupan yang tanpa pertobatan serta hidup dalam kepuasan duniawi.
Dalam keadaan seperti ini Amos menegaskan ibadah
yang tanpa pertobatan tidak hanya diperbaiki melainkan ditiadakan atau dengan
kata lain dihancurkan[3]
sebab hal tersebut tidak sesuai dengan ketetapan Allah. Dalam situasi dan
tempat inilah Amos dengan berani memberitakan berita keadilan, kebenaran dan
hukum ilahi karena dosa kepada umat yang tidak mau mendengarkan apa yang
dikatakan oleh nabi-Nya kepada mereka.
B. Tujuan Penulisan Kitab Amos
Adapun tujuan kitab Amos adalah sebagai berikut:
1.
Untuk menyampaikan peringatan
kenabian kepada raja Yerobeam II dan menyebarluaskan berita di Yehuda dan atas
Israel tentang kepastian hukuman Allah atas Israel dan bangsa-bangsa di
sekitarnya kecuali mereka bertobat dari penyembahan berhala, kebejatan
moralitas dan ketidakadilan atau dengan kata lain berpaling kembali kepada
Tuhan.
2.
Kemurtadan rohani, keruntuhan
baik dalam bidang moral sosial serta kemerosotan politik kerjaan utara
menyebabkan Allah mengutus Amos dan bernubuat di Betel. Sehingga berita Amos
kepada Yerobeam II dan Israel adalah kesudahan telah tiba bagi umat Israel
(Amos 8:2)
3.
Snoek berpendapat bahwa “Maksud
nubuatnya adalah untuk menggerakkan hati rakyat supaya menyesal dan bertobat
serta hidup dalam kebenaran Allah (5: 6,14)”.[4]
Ketika Israel dalam keadaan makmur mereka bukannya
semakin percaya kepada Allah melainkan kelakuan mereka semakin rusak sehingga
mereka dibenci oleh Allah. Dalam kemurahan hati Allah, Ia mengutus Amos ke
Betel untuk memberitakan amanat agar
‘bertobat atau akan mengalami kematian jika mereka tidak berbalik kepada
Tuhan’. Namun sang nabi diusir dari kota itu, hal ini menunjukkan mereka tidak
responsif terhadap kebenaran firman Allah.
Dalam kondisi ini beberapa saat kemudian Amos pulang ke rumahnya di
Yehuda dan menulis beritanya. Maksud dari Amos melakukan hal itu adalah:
I.
Menyampaikan sebuah peringatan
kenabiannya kepada raja Yerobeam II.
II.
Untuk menyampaikan kepastian hukuman
Allah yang menjelang atas Yehuda dan Israel serta bangsa-bangsa disekitarnya
sehingga melalui seruan Amos ini mereka dapat bertobat dari penyembahan
berhala, kerusakan moralitas yang terjadi serta menghidupkan suasana keadilan
berdasarkan karakteristik yang Ia adalah adil.
BAB II
PENGHUKUMAN BAGI
PEREMPUAN-PEREMPUAN SAMARIA DAN ORANG-ORANG ISRAEL YANG TIDAK BERTOBAT
BERDASARKAN AMOS 4:1-13
A. Latar Belakang Tokoh
Nama dari kitab Amos diberikan sesuai dengan nama
penulis serta tokohnya yaitu nabi Amos.
Ia adalah seorang penduduk Tekoa, yang terletak 6 km disebelah selatan
Yerusalem (1:1). Letaknya
yang tinggi membuat kota itu secara alami ‘kota pertahanan’ (2 Taw 11:6).
Pedusunan disekitarnya menghasilkan rerumputan bagi ternak pelilharaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa di juga adalah seorang peternak domba (1:1),
serta pemungut buah ara hutan (7:14). Dengan melihat latar-belakang ini maka
dapat diketahui Amos bukan berasal dari keluarga atau diasuh oleh keluarga dari
golongan yang biasanya para nabi berasal dan ia juga tidak berpendidikan (tidak
sekolah) untuk menjadi seorang nabi. Serta tidak termasuk ‘golongan beragama
yang berkuasa’,. Yang menekankan pemisahan dirinya dari lembaga-lembaga formal
seperti: lingkungan Bait suci (7;14-15). Ia tampil sebagai seorang awam yang
berdikari dan sebagai pekerja kasar, ia memilki kekuasaan untuk mencanangkan
pesan Allah tanpa dibebani oleh kepentingan pribadi yang mengikat[5]. Ia hidup pada zaman pemerintahan Uzia
raja Yehuda (779-740 sM), dan Yerobeam II raja Samaria (783-743 sM). Adapun keadaan pada zaman ini adalah sebagai berikut:
a)
Keadaan politik dan sosial
Diduga bahwa Amos berkhotbah di Samaria kira-kira pada tahun 760 sM.
Lebih 40 tahun sebelumnya Asyur telah menghancurkan Siria, tetangga Samaria
disebelah utara. Kemakmuran di Samaria tidak terbagi rata karena dimonopoli
oleh raja-raja pedagang yang menggunakan kekayaan yang baru mereka peroleh
untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka sendiri (3:10, 12, 15; 6:4) , yang
mengabaikan golongan petani. Pada zaman Amos terjadi penindasan atas kaum
miskin dan orang-orang lemah (2:6-7), juga sikap tak acuh di kalangan hartawan
terhadap kesengsaraan orang yang lapar (6:3-6). Keadilan terletak pada orang
yang menawar paling tinggi (2:6; 8:6).
b)
Kedudukan agama
Keadaan sosial di Samaria mempengaruhi kebiasaan
agamawi, yaitu agama tidaklah diabaikan tetapi diputarbalikan. Di tempat-tempat
suci agama nasional (5:5) uapacara-upacara terus dipelihara (4:4-5), tetapi hal
itu dijalankan dengan formalitas serta sifat kefasikan yang tak mengenal Allah
dan menyalahi kesusilaan; yang justru hal ini dibasmi, dan bukan diperbarui
(3:14; 7:9; 9:1-4). Hal ini bukanlah penyembahan kepada Allah namun
pendurhakaan atao pemberontakan terhadap Allah dan perjanjian-Nya dengan Israel
(4:4)[6].
B. Tafsiran Amos 4:1-13
Amos 4:1-3
"Dengarlah firman
ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang
lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah
ke mari, supaya kita minum-minum2 Tuhan Allah telah bersumpah demi
kekudusan-Nya: sesungguhnya, akan datang masanya bagimu, bahwa kamu diangkat
dengan kait dan yang tertinggal di antara kamu dengan kail ikan.3 Kamu
akan keluar melalui belahan tembok, masing-masing lurus ke depan, dan kamu akan
diseret ke arah Hermon," demikianlah firman Tuhan.
Lembu-Lembu Basan
(Gambaran Perempuan-Perempuan Samaria)
Lembu-lembu
Basan istilah ini dipakai oleh Amos (dalam
nubuatnya) tentang wanita-wanita Samaria (kalangan atas) untuk hukuman yang
akan datang. Ia menyapa mereka dengan kata-kata yang sangat kasar yaitu bahasa
yang layaknya menyapa orang kalangan atas ‘nyonya-nyonya yang terhormat’ namun
ia memakai lembu-lembu Basan.
Sedangkan lembu-lembu Basan itu ternak Kanaan yang berketurunan murni dan
diberi makanan cukup (Maz 22:13). Basan merupakan suatu daerah yang letaknya
disebelah Timur Danau Galilea, tempat ini sangat subur, dan terkenal oleh
tumbuh-tumbuhan yang sangat lebat dan berlimpah-limpah (pohon Tarbantin Basan :
Yes 2:13 dll) dan ternak gemukannya sangat bagus (Yeh 39:18 s)[7].
Tingkah-laku daripada wanita-wanita Basan ini adalah
memeras dan tidak toleran terhadap bawahannya. Merekapun berkuasa atas
suami-suaminya. Para wanita ini menyuruh sumai-suaminya untuk menjadi pencoleng
dan menjadi pelayan mereka dengan memberi perintah “Ayo berusahalah supaya aku
jangan kekurangan apa-apa”. Mereka seperti lembu yang melenguh minta air,
demikianlah mereka berseru meminta anggur: ‘bawalah kemari (semua yang perlu)
supaya kita minum-minum’. Mereka mau hidup dengan mewah, mau makan dan minum
dengan kenyang, berfoya-foya dan juga tidak mau ketinggalan dengan orang lain
(terutama tetangga) dan kenalan dalam hal pakain, perhiasan rumah-rumah mewah
dan lain-lain (mengikuti trend). Demikianlah wanita-wanita Samaria bentuknya
indah dan bagus dan cukup makan seperti lembu-lembu Basan yang termasyhur itu.
Sehingga mereka disamakan seperti binatang yang tidak
punya belas-kasihan yang sukanya memeras orang yang tidak mampu atau
bawahan-bawahan mereka. Mereka seperti orang yang tidak punya belas-kasihan
akan orang lain, mereka mementingkan diri sendiri dan tidak peduli akan keadaan
orang lain. Yang penting
mereka adalah berfoya-foya dan kebutuhan mereka dapat terpenuhi.
Dalam zaman Amos semuanya
ini menjadi sumber kejahatan: isteri-isteri semacam ini mendorong suami mereka
untuk melakukan korupsi dan berbagai perbuatan gelap. Sebab itu bukan hanya
kaum lelaki , tetapi yang istimewa adalah kaum wanita ‘yang memeras orang lemah
yang menginjak orang miskin’. Perbuatan mereka ini sangat keji dan jahat dimata
Tuhan sehingga Tuhan akan menghukum mereka ‘segala perbuatan akan
dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah (Pengk 12:14)’. Allah menjadi hakim
yang adil bagi mereka sehingga mereka akan dihukum. Dalam ayat 2 dikatakan
bahwa hukuman atas wanita-wanita Samaria pasti akan datang. ‘Tuhan Allah telah
bersumpah demi kekudusan-Nya’, yaitu Allah telah mempertaruhkan kekudusan-Nya
dan seolah-olah berkata: sesungguhnya, Aku tidak lagi Allah yang kudus, jika
tidak terjadi sebab: ‘akan datang masanya bagimu’.
Namun tidak ditulis jelas
dalam ay 2-3 dengan cara apakah Allah akan menghukum mereka atau penghukuman
untuk mereka tidak terlalu jelas (tetapi lihat apa yang dikatakan dalam
2:13-16). Dalam aya ini, memperingatkan tentang kebiasaan orang Asyur ketika
mereka menghukum orang yaitu mereka menuntun tawanan-tawanan dengan tali pada
kait (= kelikir) dihidung orang tawanan itu (2 Raj 19:28, dimana pada waktu
negeri Asyur terancam dengan hukuman seperti itu). Jadi, akan datang masanya ‘bahwa kamu akan diangkat dengan kait dan
yang tertinggal diantara kamu dengan kail ikan’ (yang tertinggal diantara
kamu yang dimaksud adalah ‘keturunanmu atau orang yang masih tinggal
daripadamu: semuanya sampai kepada orang-orang penghabisan’). Penghukuman yang jelas bagi mereka secara umum Israel mereka akan dipunakan Tuhan. hal ini
dijelaskan dalam Amos 9 :8-10. dimana Allah memperlihatkan dalam penglihatan
kepada Amo hukuman kepada mereka yaitu pada penglihatan kelima yaitu Tuihan
dekat mezbah sebagai berikut: Penglihatan tentang Tuhan
berdiri dekat mezbah. Penglihatan terakhir merupakan klimaks bahwa Allah akan
meninggalkan umat-Nya. Firman Allah kepada Amos pukullah hulu tiang dengan
keras, sehingga ambang-ambang bergoncang, dan runtuhkanlah itu ke atas kepala
semua orang, dan sisa-sisa mereka akan Kubunuh dengan pedang tidak seorangpun dari mereka akan dapat
melarikan diri, tak seorang pun akan luput. Firman Allah tersebut menunjukkan
tidak ada tempat bagi Israel untuk berlindung atau lari (lepas) dari
hukuman-Nya (Amos 9:1-4). Allah tetap melaksanakan firman-Nya. Mereka akan
dihukum sampai tertatih-tatih di dalam kegelapan pengasingan sementara Dia
tetap bersembunyi dari mereka. Tidak ada tempat di kedalaman bumi ataupun di
ketingian langit yang akan melindungi mereka dari terjangan badai penghakiman
Allah (Amos 3-4). Penghakiman-Nya tidak dapat dihindari karena Allah telah
menetapkan untuk membayangi mereka “Aku akan mengarahkan mata-Ku kepada mereka
untuk kecelakaan dan bukan untuk keberuntungan mereka” (Amos 9:4).
Dalam ayat 3 menyatakan dengan jelas bahwa “kamu akan keluara dari belahan tembok”
ini dapat diartikan sebagai kandang (Hab 3:17). Jadi kamu lembu-lembu Basan akan keluar dari kandangmu. Maksudnya ialah
‘melalui belahan tembok itu kaum wanita akan diangkut sebagai tawanan
masing-masing lurus kedepan yaitu satu demi satu berturut-turut, sehingga
menjadi barisan yang berjalan maju ke jurusan yang sama’. Barisan ini akan maju
ke arah utara, yakni ke tempat malapetaka, tempat datangnya bahaya, baik untuk
Israel (Asyur) maupun untuk Yehuda (Babel: bnd Yer 1:13-14). Ke arah utara
menuju ke Hermon (gunung Hermon)[8].
Hermon dalam bahasa Yunani Khermon
‘tempat suci’ sebuah gunung di pegunungan batas Libanon, tingginya 2.814 m.
Gunung inilah yang tertinggi di daerah dekat Palestina. Orang Sidon menyebutnya Sirion dan orang Amori
menyebutnya Senir (Ul 3;9). Penduduk asli Kanaan melihat Hermon sebagai tempat
suci (bnd Baal-Hermon, Hak 3:3; ‘Baal-Gad’
Yos 13:5). Hermon merupakan batas wilayah utara daerah yang direbut Israel dari
orang Amori (Ul 3:8; Yos 11:17). Puncaknya pada umumnya ditutupi salju
sepanjang tahun, sehingga disini banyak embun (embunnya melimpah)[9].
Dengan demikian dalam ayat
1-3 ini, Amos menyebutkan dengan tegas dan jujur bahwa sumber dari banyak
kejahatan pada zamannya adalah wanita-wanita yang mendesak kaum laki-laki untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat seperti korupsi yang
mengakibatkan penghisapan dan penindasan bagi orang-orang miskin dan
orang-orang lemah. sehingga hal ini semakin membuat penghukuman Allah tidak
dapat dielakkan lagi sebab mereka telah melupakan akan firman Allah dan
ketetapan-ketetapa-Nya dengan hidup orang kaya mengambil keuntungan dari orang-orang miskin
dengan cara menindas, memeras hak-hak orang lemah, para perempuan mabuk
kemewahan serta mereka lebih menyukai kejahatan daripada mencintai kebaikan
(Amos 4:1;5:12,14).
Ibadah Israel Jahat Di Hadapan Tuhan (ayat 4-5)
Dalam pemberitaan Amos hanya kepada Tuhan saja
beribadah dan meninggalkan sikap hidup penyembahan berhala sebab hal ini hanya
mengakibatkan kematian dan penderitaan. Untuk itu seruan mencari Tuhan dalam
kitab Amos ini dipertentangkan dengan larangan mencari Betel, Gilgal, Bersyeba,
sebab Betel dan Gilgal pasti akan mati akan masuk ke dalam pembuangan (Amos
5:5).
Timbul pertanyaan mengapa mencari Tuhan
dipertentangkan dengan mencari tempat-tempat peribadahan. Bukankah pada
tempat-tempat peribadahan itu umat Israel menyembah Allah? Amos 5:5b
menjelaskan tempat-tempat peribadahan itu pasti akan masuk ke dalam pembuangan,
yang berarti akan mengalami kehancuran akibat peperangan dan penduduknya akan
diasingkan ke negeri lain, sehingga mencarinya berarti mencari kematian. Mengapa tempat-tempat
peribadahan itu akan mengalami kematian? Sebab temapt-tempat peribadahan itu
berlangsung praktek-praktek peribadahan yang tidak memuliakan Tuhan. Hal ini
dapat diketahui dari penggunaan istilah Ibrani pasya yang secara harfiahnya
berarti memberontak, melawan atau bersalah. Mereka tetap melakukan ibadah
tetapi hati mereka memberontak terhadap Firaman Allah. Ibadah yang demikian
Allah pandang sebagai perbuatan yang jahat di hadapan-Nya dan Allah tidak
menyukainya (Amos 4:4-5). Kemudian tempat-tempat tersebut sangat formalistik
dengan menekankan kaharusan memenuhi ketentuan-ketentuan ritual (kurban sembelihan, persembahan
persepuluhan, kurban syukur, persembahan-persembahan sukarela), tanpa sikap
kritis terhadap dosa yang diperbuat dan tanpa usaha untuk bertobat. Sebagai
akibatnya, ibadah-ibadah umat Allah tidak menuntun mereka untuk bertobat,
membarui kehidupan imannya, dan kembali melaksanakan hukum-hukum Allah secara
konsekuen dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah yang seperti itu bukanlah ibadah
yang dikehendaki Tuhan (Amos 5:21-24).
Dilihat dalam konteks Amos ini bangsa Israel begitu
rajin memberikan persembahan kepada Allah dan menyembah Allah namun dibalik
semuanya (penyakit sosial mereka) itu terdapat penyembahan atau agama yang
palsu. Bahwa mereka tidak menyambah Allah dengan benar tapi mereka melakukan
yang jahat di mata Allah sehingga di katakan bahwa Ibadah bangsa Israel merupakan ibadah yang jahat. Maka dalam Ayat
4-5 berserulah Amos kepada bangsa Israel datanglah ke Betel yang merupakan
pusat keagamaan resmi di Israel…!! Dan dilanjutkan dengan “dan lakukanlah
perbuatan jahat”. Betel sekarang ini
disebut tell Beitin, di jalan batas
air, 19 km di utara Yerusalem. Bagi Yakub Betel
adalah awal dari kenyataan Allah, yang bagi dia adalah Allah dari Betel (Kej
31:13; 35:7). Ia melihat Allah dan ia menamakan tempat ini rumah Allah (Ibrani
bet-el) dan mendirikan suatu tiang (Ibrani matstseva) (Kej 28:11-22). Kota
Betel adalah tempat keramat pada zaman Samuel dan tiap ia tahun mengunjunginya
(1 Sam 7:16; 10:3). Benda sejarah yang masih ada dari zaman itu menunjukan
suatu masyarakat sederhana dan tak aman. Pada abad ke-6 sM kota ini dihancurkan
oleh api. Orang-orang yang kembali dari pembuangan tinggal di Betel (Neh
11:31). Tapi kebaktian mereka berpusat di Yerusalem (Zak 7:2). Kota ini
berkembang pada zaman Hellenistis sampai dikuatkan oleh Bachides kira-kira 160
sM (1 Makabe 9:50). Lalu ke Gilgal untuk
memperbanyak perbuatan jahat.
Gilgal dalam bahasa
Ibrani galal, ‘menggulung’ yang bisa juga berarti lingkaran (batu-batu)
gulungan. Artinya menggulung; kata Gilgal dipakai Allah melalui Yosua untuk
mengingatkan Israel tentang kelepasan mereka dari Mesir ketika mereka disunat
di sana, ‘hari ini telah Ku hapuskan (galloti) cela Mesir itu daripadamu’ (Yos
5:9).
a) Gilgal di sebelah Timur Yerikho, letaknnya
antara Yerikho dan Yordan. Gilgal juga bisa menjadi peringatan akan
penyelamatan Allah dari belenggu Mesir pada masa lampau, dan menjadi tanda
kemenangan yang dicapai pada saat ini di bawah pimpinan-Nya dan memperlihatkan
janji warisan yang masih harus dicapai.
b) Menurut Yos 15:7, batas utara Yudea
sekurang-kurangnya sampai ke Gilgal yang terletak diseberang pendakian Adumim;
dalam ihwal perbatasan ini, maka batas selatan Benyamin (Yos 18:17) mencakup
juga Gilgal dan disebut Gelilot.
c) Dalam Ul 11:30, ungkapan ‘ditentangan
Gilgal’ yang lebih menunjuk kepada pemukiman orang Kanaan di Araba (dicelah
lembah Yordan).
d) Diantara musuh yang dikalahkan Yosua
disebut Raja negeri Goyim di Gilgal (Yes 12:23), yang disebut antara raja negeri
Dor dan Tirza.
e) Bet-Gilgal tempat asal para penyanyi yang
datang pada peresmian tembok-tembok Yerusalem oleh Nehemia dan Ezra[10].
Tempat Israel ketika mereka memasuki Kanaan (Yos
4:19) dan kemudian hari menjadi pusat penyembahan sinkretistik yang dikutuk
oleh Amos (4:5) dan Hosea (4:15)[11].
Amos menyebut kedua nama tempat ini, karena kedua kota ini terdapat banyak kuil
yang memungkinkan bagi mereka untuk sermakin banyak melakukan kejahatan dan
juga kuil-kuil disana semakin bertambah banyak. Di sana terdapat banyak
tanda-tanda agama, namun hasilnya hanyalah untuk memperbanyak kejahatan. Agama
disana hanyalah agama (atau hanya secara lahiriah saja), yang memperburuk
ketidaklayakan mereka dihadapan hadirat Allah. Bagi mereka perbuatan agamawi
adalah merupakan seluruh agama, dan oleh sebab itu ‘lebih banyak perbuatan
baik, itu lebih baik lagi’. Mereka sudah tidak dapat membedakan bagaimana cara
menyembah Allah yang benar itu seperti apa. Sehingga mereka mencampurkan ragi
dan korban syukur mereka. Serta mereka membuat suatu pertunjukan umum dari
kebaktian pribadi seperti persembahan-persembahan sukarela (Im 22:18), dengan
menunjuk hjalan merekaadalah kemauan pribadi.
Amos menyindir mereka dengan kata perhebatlah atau perbanyaklah perbuatan jahat. Seruan ini
seolah-olah mengajak untuk sembahyang dengan rajin melaksanakan kewajiban dan
upacara keagamaanmu, namun dibalik kata-kata sindirin ini mereka harus
mengetahui bahwa apa yang dilakukan mereka itu tidak lain daripada dosa dan
durhaka terhadap Allah, serta akan membuat mereka semakin jauh dari Allah dan
murka Allah menimpa mereka. Makna sebenarnya dari kata-kata Amos ini adalah janganlah kamu mencari Betel dan jangan
pergi ke Gilgal (5:5). Perbuatan-perbuatan suci yang dilakukan oleh
peziarah-peziarah di ‘tempat-tempat suci’ disebutkan oleh Amos satu persatu.
Bahwa mereka mempersembahkan ‘korban sembeliham pada waktu pagi’, korban
sembelihan itu adalah ‘korban persekutuan’ yaitu korban dalam bentuk selamatan
atau perjamuan yang menciptakan persekutuan baik diantara para hadirin samannya
sendiri, maupun diantara para hadirin dengan Allah yang dianggap sebagai ‘tamu
yang agung;. Dan juga persembahan persepuluhan yang diberikan untuk Bait Suci
dan imam-imamnya.
“Bakarlah korban syukur dari roti yang beragi dan maklumkanlah
persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah yang demikian
kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan Allah”
Bakarlah (Im7:13) siarkanlah itu maksudnya adalah untuk menghadang semua yang
menghadiri selamatan itu. Lakukanlah dengan rajin apa yang menjadi keagamaanmu
dan segala yang kamu pandang baik dan adat istiadat keagamaanmu? ‘Sebab
bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman
Tuhan Allah’. Kata mu atau kamu merupakan kata yang kasar dan sangat pedas bagi
orang Israel. Kata demikian dalam bahasa Ibrani dahulunya berarti bahwa apa
yang menurut adat dipandang senonoh. Apa
yang ingin kamu capai? Kata Amos bukanlah
yang dituntut Allah (yaitu melakkukan kebenaran dan keadilan).
Ketika mereka beribadah
mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah meninggalkan Tuhan Allah. Mereka
mengira bahwa mereka berbakti kepada Tuhan. Mereka tidak menyadari bahwa
kepercayaan atau pendirian mereka kepada Allah sudah sangat dipengaruhi oleh
religi orang Kanaan (5:21-27). Mereka tidak mengindahkan kebenaran dan keadilan
terhadap saudara-saudara mereka yang miskin dan lemah. Seluruh keberagaman
orang Israel bersifat dusta dan bohong (bnd 2:4). Tidak ada dalam hidup mereka
mengatakan benar, kehidupan mereka penuh dengan kebohongan belaka[12]. Amos sangat menentang mereka karena hal
ini yaitu ibadah mereka jahat di mata
Allah. untuk itu Amos sangat
mengecam dengan keras akan tindakan umat itu.
Di balik kecaman keras itu,
Amos sesungguhnya menekankan pentingnya hukum Taurat diamalkan dan
diimplementasikan secara konsekuen dalam kehidupan sebagaimana dikehendaki oleh
Tuhan. Yang diperlukan umat Israel untuk hidup sebagai umat kepunyaan Tuhan
bukanlah peribadahan yang sarat dengan upacara-upacara keagamaan, melainkan
suatu kehidupan yang adil dan benar menurut kehendak Tuhan. Oleh sebab itu,
Amos 5:21-24, seperti yang dikutip di bawah ini, nabi Amos menegaskan yang
dikehendaki Tuhan dari umat-Nya adalah melakukan keadilan dan kebenaran dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari dan bukan ibadah-ibadah kurban serta
upacara-upacara keagamaan, sebagai berikut: "Aku membenci, Aku menghinakan
perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila
kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban
sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun,
Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu,
lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung
seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir." Penegakkan
keadilan inilah yang baik dan merupakan kehendak Allah bagi umat-Nya yaitu
berlaku adil (Mikha 6:8).
Namun ha-hal di atas
diabaikan oleh orang-orang Israel. Dosa mereka membuat mereka lupa kepada Allah yang maha tahu akan segala yang mereka perbuat. Sehingga perbuatan
mereka ini mendatangkan hukuman atas hidup mereka. Karena Allah sudah menjauh
dari mereka oleh karena dosa mereka.
Perbuatan-perbuatan mereka
ini sangat melukai dan sangat keji di hadapan Allah namun Allah ingin
menunjukan kepada mereka bahwa Allah selalu memelihara mereka (ay 6). Yakni karena murka-Nya maka Ia mengirim kepada mereka tujuh hajaran
peringatan kelaparan (ay 6), musim kering (ay 7&8), jamur (penyakit gandum,
belalang; 9b), penyakkit sampar (10a), peperangan (10b), gempa bumi (11).
Hal-hal ini terjadi karena Allah mempunyai satu tujuan yaitu ‘untuk membawa
umatnya menuju kepada pertobatan’ (6-11). Sebab tanpa pertobatan terhadap Allah
maka tidak ada agama yang benar[13]. sehingga melalui hal ini Allah tetap
menaruh belaskasihan kepada Israel setelah terjadinya penghukuman maka Allah
kembali memulihkan mereka. hal ini dapat dilihat dalam akhir kitab Amos ini
menjelaskan sebagai berikut:
Namun demikian kitab Amos ini berakhir dengan janji Allah
kepada Israel sama sekali tidak akan dimusnahkan. Tuhan berkata, "akan tiba saatnya memulihkan kerajaan Daud. Sekarang
kerajaan itu telah menjadi seperti rumah yang roboh. Tetapi tembok-temboknya
akan Kuperbaiki dan Kubangun kembali sehingga menjadi seperti dahulu kala.
Orang Israel akan menguasai negeri Edom yang masih tersisa serta semua bangsa yang
dahulu milik-Ku. Aku, Tuhan, telah berbicara dan akan
melaksanakan hal itu." Akan tiba waktunya gandum tumbuh begitu cepat
sehingga musim menuai tak ada putus-putusnya. Pohon anggur akan tumbuh sangat
pesat sehingga orang akan terus-menerus membuat air anggur. Aku akan menjadikan umat-Ku Israel makmur
kembali. Mereka akan membangun lagi kota-kota mereka yang telah runtuh, lalu
mereka akan tinggal di sana. Mereka akan menanami kebun-kebun anggur, dan minum
anggurnya. Mereka akan bercocok tanam, dan makan hasilnya. Aku akan menempatkan
umat-Ku di negeri yang telah Kuberikan kepada mereka. Mereka tidak akan dicabut
lagi dari sana. Tuhan Allah mereka telah berbicara
(Amos 9:11-15).
Israel Tidak Mau Berbalik Kepada Tuhan (Ayat 6-13)
Dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia memberikan
judul prikopnya adalah “Israel tidak
mau berbalik kepada kepada Tuhan”. Kata
ini diluang hingga lima kali, menekankan bahwa bangsa Israel sangat jahat.
Mereka tidak peduli akan segala yang telah dilakukan Allah kepada mereka.
Mereka berpaling dan tidak berbalik dan kembali kepada Allah, sambil menyesal
dan bertobat agar terjadi perubahan hati dan perubahan hidup. Sedangkan Allah
sudah melakukan banyak mujizat terhadap mereka, namun mereka tidak peduli akan
semua itu, mereka semakin terpuruk dalam keadaan mereka yang demikian yaitu
mereka tidak mau berbalik kepada Tuhan.
Berbagai
perbuatan ajaib telah Allah lakukan kepada Israel sehingga mereka berbalik
kembali dan berpaling dari sikap hidup penyembahan berhala dan moralitas yang
tidak sesuai dengan ketetapan-ketetapan hukum Taurat. keadaan tersebut dapat
dilihat sebagai berikut: Dalam Amos 2:9-11: 9
‘Padahal Akulah yang memusnahkan dari depan mereka, orang Amori, yang
tingginya seperti tinggi pohon aras dan yang kuat seperti pohon tarbantin; Aku
telah memunahkan buahnya dari atas dan akarnya dari bawah’. 10 ‘Padahal Akulah
yang menuntun kamu keluar dari tanah Mesir dan memimpin kamu empat puluh tahun
lamanya di padang gurun, supaya kamu menduduki negeri orang Amori’; 11 ‘Aku
telah membangkitkan sebagian dari anak-anakmu menjadi nabi dan sebagian dari
teruna-terunamu menjadi nazir. Bukankah betul-betul begitu, hai orang
Israel?" demikianlah firman TUHAN’.
Mengemukakan bahwa telah Allah lakukan dalam sejarah
untuk kepentingan orang Israel yakni pembebasan dari Mesir, pemusnahan orang
Amori, pimpinan selama perjalanan di padang gurun dan lain-lain. Namun mereka
tetap melakukan kejahatan dan dosa sekalipun mereka telah menikmati segala
perbuatan kebajikan Allah. Seperti diperingatkan bahwa ‘Allah menghukum mereka
dengan malapetaka dengan maksud untuk membuat orang Israel mengaku dosa,
menyesal dan bertobat agar mereka berpaling kepada Allah. Namun cara ini tidak
berhasil, mereka tidak memperdulikan kasih Allah ’Namun kamu tidak berbalik kepada-Ku’.
Dalam ayat 6 disebutkan kelaparan; kepada mereka Tuhan
telah memberi ‘gigi yang tidak disentuh makanan.’ Dalam
bahasa Ibrani sebenarnya teradpat bahwa Allah telah memberi kepada mereka
‘kesucian gigi’. Dalam ibadah kata ‘suci’ atau ‘bersih’ mempunyai arti penting.
Dalam ayat ini Amos sangat mengejek mereka yaitu bahwa kamu bersusah untuk
menjadi suci dan bersih secara lahir, tetapi Allah membuat bahwa gigi mereka
‘suci’ atau ‘bersih’; sebab…kekurangan roti adalah demikian, sehingga mereka
tidak perlu memakai gigi. Yang menjadi penyebab kelaparan ini disebutkan dalam
aya 7 adalah panen (terutama Apri-Juni) gagal oleh karena musim kering yang
terlalu cepat mulai, yakni tiga bulan sebelum panen ‘hujan awal’
(oktober-november), tanah di negeri itu harus dibuat menjadi baik untuk
diusahakan dan ditaburi beni. Sedangkan sebagian besar bergantung pada air yang
jatuh antara Desmber dan Maret; dan ‘hujan akhir’ (April) adalah penting untuk
mencegah pengeringan dan untuk bertumbuhnya buah-buahan dengan baik. Semuanya
ini bergantung pada curah hujan. Ladang yang tidak kejatuhan hujan akan
mongering dan tidak memberi hasil. sedangkan di kota-kota tidak dapat menyimpan
air sehingga penduduk tidak hanya menderita kelaparan tetapi juga haus ;
sia-sialah orang terhuyung-huyung ke suatu kota dimana orang masih mengira akan
mendapatkan air. kegagalan dari panen yaitu oleh hama (batang gandum menjadi
layu sebelum bulir gandum masak, sebagai akibat dari lekas datangnya angina
timur yang kering) dan oleh penyakit gandum (yang membuat pucat ujung batang
gandum cukup besar). kecuali gandum di ladang, taman-taman dan kebun-kebun juga
ditempa oleh kekeringan, sedang hama belalang menyebabkan bahwa pohon-pohon ara
dan pohon zaitun tidak menghasilkan buah-buahan untuk manusia. “Namun tidak berbalik kepadak-Ku”
Hal ini terjadi sebagai pertanda Tuhan menghukum mereka
dengan penyakit sampar (peringatan penyakit sampar yang pernah terjangkit di
Israel). Ke-sepeuluh tulah di Mesir (Penyakit sampar ternak Kel 9:1-7atau
borok-borok di Mesir Kel 9:8-12). Dalam ayat 10 ini, diingatkan kepada mereka
akan kesengsaraan yang disebabkan oleh peperangan (yakni dengan Aram). Juga
semua itu terjadi diluar kehendak Tuhan dan maksud Allah (3:6). sebab itu: “Aku
telah membunuh terunamu dengan padang. pada waktu (atau sementnara) kudamu
dijarah”. dalam pada itu mayat orang-orangyang gugur tinggal terkubur sehingga
bau di perkemahan sudah dapat tercium dari jauh. Sehingga dalam ayat 11 Tuhan menjungkir balikan mereka ini
merupakan, kata-kata kiasan. misalnya berhubung dengan penyerbuan musuh, bisa
bencana alam yang menakutkan. Seperti: gempa bumi yang disertai kebakaran (bnd cerita Sodom dan
Gomora Kej 19:24-25). Ungkapan ini
seperti Allah menjungkir balikan Sodom dan Gomora, yang mengabarkan hukuman
Tuhan yang akan datang atas suatu negeri atau bangsa ( Ul 29:23 atas Israel Yes 13:39 dan Yer 50:40 atas babel, Yer 49:18
atas Edom). Ini merupakan suatu pernigatan dari Amos untuk
pendengar-pendengarnya bahwa mereka nyaris, seakan-akan untuk suatu mujizat,
luput dari kemusnahan seperti puntung yang telah disambar api sedikit. Pada
saat penghabisan masih ditarik dari api ‘namun
kamu tidak berbalik kepada-Ku.’
Jadi dalam ayat 6-11 ini,
bencana yang pernah terjadi satu persatu disebutkan Amos, yang dalam
pemberitaan nabi dipandang sebagai suatu hukuman yang berasal daripada Allah
kepada orang yang berbuat dosa (hukuman dari Allah karena kejahatan umat-Nya),
yaitu mereka yang telah dipilih Allah untuk mendengarkan suara-Nya ( Ul
28:21-22 dstnya; 1 Raj 8:35-40), ‘Namun
kamu tidak berbalik kepada-Ku’.
Ini merupakan hal-hal yang dilukiskan Allah untuk menginsafkan orang Israel
namun lima kali pernyataan yang
mengatakan ‘namun kamu tidak berbalik
kepada-Ku’. Sehingga dalam ayat 12 disebutkan akan terjadi penghukuman atas
mereka ‘sebab itu demikianlah’
merupakan suatu penghukuman yang sangat besar bagi mereka. namun penghukuman
yang besar bagi mereka itu tidak disebutkan disini dengan jelas oleh Amos yaitu
dengan cara apakah Tuhan akan menghukum mereka atau bagaimana Tuhan akan
menghukum mereka. hukuman itu akan membawa keruntuhan besar bagi Israel
(2:13-16; 3:11-12, 14-15; 4:2-3). Hukuman yang diberitahukan Amos kepada orang
Israel atas nama Allah.
Ancaman kepada Israel dalam
konteks ini dengan ungkapan maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu hai
Israel” (Amos 4:12). Menurut Ds. B.J Boland maksud perkataan bersiaplah untuk
bertemu dengan Allahmu hai Israel” menunjuk kepada hukuman daripada Allah yang
telah diberitahukan oleh Amos atas nama Allah[14]. Hal ini diperkuat dalam terjemahan
Bahasa Indonesia Sehari-hari sebagai berikut: “Karena itu, hai umat Israel, Aku
akan menghukum kamu. Jadi, bersiap-siaplah menghadapi hukuman yang akan
Kutimpakan kepadamu!" dengan jelas akhir kitab Amos ini hukuman apa yang
pantas bagi mereka Allah telah menetapkan untuk membayangi mereka untuk kecelakaan dan bukan untuk
keberuntungan” (Amos 9:4).
BAB III
KESIMPULAN
Dari
hasil analisa Amos 4:1-13, maka penulis dapat menyimpulkannya bahwa kitab Amos
ini berisi tiga pokok bagian secara garis besarnya yaitu yang pertama adalah
perempuan-perempuan Samaria yang digambarkan sebagi lembu yang gemuk yang mabuk
akan kekayaan dan kemewahan, hidup yang berfoya-foya, menindas
orang lemah, memeras orang miskin, dan menuntut supaya suaminya untuk selalu
menyediakan minuman keras bagi mereka. Namun Tuhan akan menghukum mereka dengan
membuang mereka kelak diseret dengan kaitan; seperti ikan pada mata kail.
Mereka akan diseret seperti lembu-lemu Basam ke tempat Pembuangan.
Kedua, adalah
ibadah Israel yang jahat di hadapa Tuhan. Pada prinsipnya mereka tetap
memberikan persembahan kepada Tuhan secara rutin namun hal ini dicela oleh
Tuhan dan dipandang sebagai perbuatan jahat. Dengan kata lain secara formalitas mereka
beribadah dan memberikan persembahan yang banyak kepada Tuhan. Tetapi yang
menjadi masalahanya adalah tidak adanya pertobatan, pembaharuan batiniah
pengaplikasian hukum Taurat dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
konkritnya adalah memberikan pinjaman kepada orang miskin, dalam kondisi ini
justru mereka menindas ortang miskin tersebut dengan membungakan pinjaman itu.
Hal ini Allah pandang sebagai perbuatan yang jahat.
Ketiga
adalah orang Israel tidak mau berbalik kepada Tuhan. Dengan berbagai mujizat
telah Allah lakukan dengan Tujuan kondisi itu mengarahakn mereka berbalik
kepada Tuhan tetapi hasilnya tidak ada, artinya mereka tetap tidak berpaling
kepada Tuhan (Amos 4:6-11). Sebab itu Allah akan menghukum mereka juga yaitu: Mereka akan dihukum sampai tertatih-tatih di dalam kegelapan pengasingan
sementara Dia tetap bersembunyi dari mereka. Tidak ada tempat di kedalaman bumi
ataupun di ketingian langit yang akan melindungi mereka dari terjangan badai
penghakiman Allah (Amos 3-4). Penghakiman-Nya tidak dapat dihindari karena
Allah telah menetapkan untuk membayangi mereka “Aku akan mengarahkan mata-Ku
kepada mereka untuk kecelakaan dan bukan untuk keberuntungan mereka” (Amos 9:4)
[1] B.
J. Boland, Tafsiran Alkitab Kitab Amos, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), 4
[2]
____, Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2004),1400-1401
[6]____, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I,
(Jakarta: Yayasan Komunkasi Bina Kasih /OMF, 2007), 43-44
[7]____, Tafsiran Alkitab Masa Kini-II Ayub
-Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF), 44
[8] B. J. Boland, Tafsiran Kitab Amos, (Jakarta:
Gunung Mulia, 1966), 40-41
[12] B.
J. Boland, Tafsiran Kitab Amos, (Jakarta:
Gunung Mulia, 1966), 41-42
Daftar Pustaka
_______, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
(Malang: Gandum Mas, 2003).
_______,Tafsiran
Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1991).
______, Handbook To The Bible, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004).
Boland Ds. B.J,
Tafsiran Amos, (Jakarta: BPK, Gunung Mulia,1966).
Baxter J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab Ayub s/d Maleakhi, (Jakarta: Yayasan
Bina Kasih/ OMF, 1989).
John H. Walton dan Andrew E. Hill, Survey Perjanjian
Lama, (Malang: Gandum Mas, 2001).
Rothlisberger
H., Firman-Ku Seperti Api Para Nabi Israel, (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar