Rabu, 12 Juni 2013

PENGHUKUMAN BAGI PEREMPUAN-PEREMPUAN SAMARIA DAN ORANG ISRAEL YANG TIDAK BERTOBAT BERDASARKAN




BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................       1
  1. Latar Belakang Kitab Amos..........................................................................       1
  2. Tujuan Penulisan Kitab Amos ......................................................................       2
  3. Ciri-ciri Khas Kitab Amos ............................................................................       3
BAB II PENGHUKUMAN BAGI PEREMPUAN-PEREMPUAN SAMARIA
DAN ORANG ISRAEL YANG TIDAK BERTOBAT BERDASARKAN
 AMOS 4:1-13...............................................................................................       4
  1. Latar Belakang Tokoh ..................................................................................       4
  2. Tafsiran Amos ...............................................................................................       6
Ayat 1-3 ........................................................................................................       6
Ayat 4-5 ........................................................................................................       10
Ayat 6-13 ......................................................................................................       16
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................       20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................       v






















BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                    

A.  Latar-Belakang Kitab Amos

Allah telah mengutus nabi-Nya untuk menyampaikan firman-Nya bagi Israel, dengan tujuan mengarahkan mereka hidup dalam ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum kebenaran firman Allah. Misalnya Musa mengarahkan orang Ibrani-Israel untuk menyatakan bahwa Allah nenek moyang mereka ingat kepada perjanjian-Nya dengan keturunan Abaraham, Ishak dan Yakub setelah 400 tahun ditindas di negeri Mesir. Membawa mereka ke luar dari Mesir kepada tanah Kanaan untuk beribadah/percaya kepada Tuhan dan hanya kepada-Nya saja berpaut dan hidup mengandalkan-Nya. Demikian juga halnya Amos dipanggil Allah untuk menyampaikan firman-Nya kepada Yehuda dan Israel serta bangsa-bangsa lainnya. Dengan tujuan ilahi mereka bertobat dan hidup menurut ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum Allah. Firman yang disampaikan Amos berupa seruan pertobatan nasional dan berupa nubuatan penghukuman jikalau mereka tidak merseponi perkataan yang Allah nyatakan kepada Amos sebagai pembicara Allah.  Nubuat Amos ini  masih tersimpan dalam sebuah kitab yang disebut sesuai dengan namanya yaitu Amos. Bagian-bagian kitab ini melukiskan berbagai nubuat penghukuman. Penghukuman ini tampak dalam penglihatan berdasarkan catatan-catatan Amos sendiri[1].

Amos bernubuat kepada kerajaan Utara pada pertengahan abad ke 8  sM, bangsa itu secara lahiriah berada di puncak perluasan wilayah, stabilitas politik dan kemakmuran nasional, tetapi secara batiniah sudah rusak. Kemunafikan dan penyembahan berhala telah merata, masyarakat hidup mewah secara berlebihan, kebejatan moralitas merajalela, sistem peradilan rusak dan penindasan orang miskin dan lemah sudah lumrah terjadi. Amos pergi ke Betel atas panggilan Allah, tempat tinggal raja Yerobeam II, dan pusat agama yang dibanjiri dengan penyembahan berhala[2]. Upacara-upacara keagamaan tetap diselenggaraka (4:4-5), namun yang terjadi adalah kehidupan yang tanpa pertobatan serta hidup dalam kepuasan duniawi.

Dalam keadaan seperti ini Amos menegaskan ibadah yang tanpa pertobatan tidak hanya diperbaiki melainkan ditiadakan atau dengan kata lain dihancurkan[3] sebab hal tersebut tidak sesuai dengan ketetapan Allah. Dalam situasi dan tempat inilah Amos dengan berani memberitakan berita keadilan, kebenaran dan hukum ilahi karena dosa kepada umat yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh nabi-Nya kepada mereka.




B.  Tujuan Penulisan Kitab Amos

Adapun tujuan kitab Amos adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menyampaikan peringatan kenabian kepada raja Yerobeam II dan menyebarluaskan berita di Yehuda dan atas Israel tentang kepastian hukuman Allah atas Israel dan bangsa-bangsa di sekitarnya kecuali mereka bertobat dari penyembahan berhala, kebejatan moralitas dan ketidakadilan atau dengan kata lain berpaling kembali kepada Tuhan.
2.      Kemurtadan rohani, keruntuhan baik dalam bidang moral sosial serta kemerosotan politik kerjaan utara menyebabkan Allah mengutus Amos dan bernubuat di Betel. Sehingga berita Amos kepada Yerobeam II dan Israel adalah kesudahan telah tiba bagi umat Israel (Amos 8:2)
3.      Snoek berpendapat bahwa “Maksud nubuatnya adalah untuk menggerakkan hati rakyat supaya menyesal dan bertobat serta hidup dalam kebenaran Allah (5: 6,14)”.[4]

Ketika Israel dalam keadaan makmur mereka bukannya semakin percaya kepada Allah melainkan kelakuan mereka semakin rusak sehingga mereka dibenci oleh Allah. Dalam kemurahan hati Allah, Ia mengutus Amos ke Betel untuk memberitakan amanat  agar ‘bertobat atau akan mengalami kematian jika mereka tidak berbalik kepada Tuhan’. Namun sang nabi diusir dari kota itu, hal ini menunjukkan mereka tidak responsif terhadap kebenaran firman Allah.  Dalam kondisi ini beberapa saat kemudian Amos pulang ke rumahnya di Yehuda dan menulis beritanya. Maksud dari Amos melakukan hal itu adalah:

                               I.            Menyampaikan sebuah peringatan kenabiannya kepada raja Yerobeam II.
                            II.            Untuk menyampaikan kepastian hukuman Allah yang menjelang atas Yehuda dan Israel serta bangsa-bangsa disekitarnya sehingga melalui seruan Amos ini mereka dapat bertobat dari penyembahan berhala, kerusakan moralitas yang terjadi serta menghidupkan suasana keadilan berdasarkan karakteristik yang Ia adalah adil.












BAB II
PENGHUKUMAN BAGI PEREMPUAN-PEREMPUAN SAMARIA DAN ORANG-ORANG ISRAEL YANG TIDAK BERTOBAT
BERDASARKAN AMOS 4:1-13


A.    Latar Belakang Tokoh

Nama dari kitab Amos diberikan sesuai dengan nama penulis serta tokohnya  yaitu nabi Amos. Ia adalah seorang penduduk Tekoa, yang terletak 6 km disebelah selatan Yerusalem (1:1). Letaknya yang tinggi membuat kota itu secara alami ‘kota pertahanan’ (2 Taw 11:6). Pedusunan disekitarnya menghasilkan rerumputan bagi ternak pelilharaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di juga adalah seorang peternak domba (1:1), serta pemungut buah ara hutan (7:14). Dengan melihat latar-belakang ini maka dapat diketahui Amos bukan berasal dari keluarga atau diasuh oleh keluarga dari golongan yang biasanya para nabi berasal dan ia juga tidak berpendidikan (tidak sekolah) untuk menjadi seorang nabi. Serta tidak termasuk ‘golongan beragama yang berkuasa’,. Yang menekankan pemisahan dirinya dari lembaga-lembaga formal seperti: lingkungan Bait suci (7;14-15). Ia tampil sebagai seorang awam yang berdikari dan sebagai pekerja kasar, ia memilki kekuasaan untuk mencanangkan pesan Allah tanpa dibebani oleh kepentingan pribadi yang mengikat[5]. Ia hidup pada zaman pemerintahan Uzia raja Yehuda (779-740 sM), dan Yerobeam II raja Samaria (783-743 sM). Adapun keadaan pada zaman ini adalah sebagai berikut:

a)      Keadaan politik dan sosial
Diduga bahwa Amos berkhotbah di Samaria kira-kira pada tahun 760 sM. Lebih 40 tahun sebelumnya Asyur telah menghancurkan Siria, tetangga Samaria disebelah utara. Kemakmuran di Samaria tidak terbagi rata karena dimonopoli oleh raja-raja pedagang yang menggunakan kekayaan yang baru mereka peroleh untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka sendiri (3:10, 12, 15; 6:4) , yang mengabaikan golongan petani. Pada zaman Amos terjadi penindasan atas kaum miskin dan orang-orang lemah (2:6-7), juga sikap tak acuh di kalangan hartawan terhadap kesengsaraan orang yang lapar (6:3-6). Keadilan terletak pada orang yang menawar paling tinggi (2:6; 8:6).

b)      Kedudukan agama
Keadaan sosial di Samaria mempengaruhi kebiasaan agamawi, yaitu agama tidaklah diabaikan tetapi diputarbalikan. Di tempat-tempat suci agama nasional (5:5) uapacara-upacara terus dipelihara (4:4-5), tetapi hal itu dijalankan dengan formalitas serta sifat kefasikan yang tak mengenal Allah dan menyalahi kesusilaan; yang justru hal ini dibasmi, dan bukan diperbarui (3:14; 7:9; 9:1-4). Hal ini bukanlah penyembahan kepada Allah namun pendurhakaan atao pemberontakan terhadap Allah dan perjanjian-Nya dengan Israel (4:4)[6].


B.   Tafsiran Amos 4:1-13

Amos 4:1-3  

 "Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah ke mari, supaya kita minum-minum2 Tuhan Allah telah bersumpah demi kekudusan-Nya: sesungguhnya, akan datang masanya bagimu, bahwa kamu diangkat dengan kait dan yang tertinggal di antara kamu dengan kail ikan.3 Kamu akan keluar melalui belahan tembok, masing-masing lurus ke depan, dan kamu akan diseret ke arah Hermon," demikianlah firman Tuhan.


Lembu-Lembu Basan (Gambaran Perempuan-Perempuan Samaria)

Lembu-lembu Basan istilah ini dipakai oleh Amos (dalam nubuatnya) tentang wanita-wanita Samaria (kalangan atas) untuk hukuman yang akan datang. Ia menyapa mereka dengan kata-kata yang sangat kasar yaitu bahasa yang layaknya menyapa orang kalangan atas ‘nyonya-nyonya yang terhormat’ namun ia memakai lembu-lembu Basan. Sedangkan lembu-lembu Basan itu ternak Kanaan yang berketurunan murni dan diberi makanan cukup (Maz 22:13). Basan merupakan suatu daerah yang letaknya disebelah Timur Danau Galilea, tempat ini sangat subur, dan terkenal oleh tumbuh-tumbuhan yang sangat lebat dan berlimpah-limpah (pohon Tarbantin Basan : Yes 2:13 dll) dan ternak gemukannya sangat bagus (Yeh 39:18 s)[7].

Tingkah-laku daripada wanita-wanita Basan ini adalah memeras dan tidak toleran terhadap bawahannya. Merekapun berkuasa atas suami-suaminya. Para wanita ini menyuruh sumai-suaminya untuk menjadi pencoleng dan menjadi pelayan mereka dengan memberi perintah “Ayo berusahalah supaya aku jangan kekurangan apa-apa”. Mereka seperti lembu yang melenguh minta air, demikianlah mereka berseru meminta anggur: ‘bawalah kemari (semua yang perlu) supaya kita minum-minum’. Mereka mau hidup dengan mewah, mau makan dan minum dengan kenyang, berfoya-foya dan juga tidak mau ketinggalan dengan orang lain (terutama tetangga) dan kenalan dalam hal pakain, perhiasan rumah-rumah mewah dan lain-lain (mengikuti trend). Demikianlah wanita-wanita Samaria bentuknya indah dan bagus dan cukup makan seperti lembu-lembu Basan yang termasyhur itu.

Sehingga mereka disamakan seperti binatang yang tidak punya belas-kasihan yang sukanya memeras orang yang tidak mampu atau bawahan-bawahan mereka. Mereka seperti orang yang tidak punya belas-kasihan akan orang lain, mereka mementingkan diri sendiri dan tidak peduli akan keadaan orang lain. Yang penting mereka adalah berfoya-foya dan kebutuhan mereka dapat terpenuhi.

Dalam zaman Amos semuanya ini menjadi sumber kejahatan: isteri-isteri semacam ini mendorong suami mereka untuk melakukan korupsi dan berbagai perbuatan gelap. Sebab itu bukan hanya kaum lelaki , tetapi yang istimewa adalah kaum wanita ‘yang memeras orang lemah yang menginjak orang miskin’. Perbuatan mereka ini sangat keji dan jahat dimata Tuhan sehingga Tuhan akan menghukum mereka ‘segala perbuatan akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah (Pengk 12:14)’. Allah menjadi hakim yang adil bagi mereka sehingga mereka akan dihukum. Dalam ayat 2 dikatakan bahwa hukuman atas wanita-wanita Samaria pasti akan datang. ‘Tuhan Allah telah bersumpah demi kekudusan-Nya’, yaitu Allah telah mempertaruhkan kekudusan-Nya dan seolah-olah berkata: sesungguhnya, Aku tidak lagi Allah yang kudus, jika tidak terjadi sebab: ‘akan datang masanya bagimu’.

Namun tidak ditulis jelas dalam ay 2-3 dengan cara apakah Allah akan menghukum mereka atau penghukuman untuk mereka tidak terlalu jelas (tetapi lihat apa yang dikatakan dalam 2:13-16). Dalam aya ini, memperingatkan tentang kebiasaan orang Asyur ketika mereka menghukum orang yaitu mereka menuntun tawanan-tawanan dengan tali pada kait (= kelikir) dihidung orang tawanan itu (2 Raj 19:28, dimana pada waktu negeri Asyur terancam dengan hukuman seperti itu). Jadi, akan datang masanya ‘bahwa kamu akan diangkat dengan kait dan yang tertinggal diantara kamu dengan kail ikan’ (yang tertinggal diantara kamu yang dimaksud adalah ‘keturunanmu atau orang yang masih tinggal daripadamu: semuanya sampai kepada orang-orang penghabisan’). Penghukuman yang jelas bagi mereka secara umum  Israel mereka akan dipunakan Tuhan. hal ini dijelaskan dalam Amos 9 :8-10. dimana Allah memperlihatkan dalam penglihatan kepada Amo hukuman kepada mereka yaitu pada penglihatan kelima yaitu Tuihan dekat mezbah sebagai berikut: Penglihatan tentang Tuhan berdiri dekat mezbah. Penglihatan terakhir merupakan klimaks bahwa Allah akan meninggalkan umat-Nya. Firman Allah kepada Amos pukullah hulu tiang dengan keras, sehingga ambang-ambang bergoncang, dan runtuhkanlah itu ke atas kepala semua orang, dan sisa-sisa mereka akan Kubunuh dengan pedang  tidak seorangpun dari mereka akan dapat melarikan diri, tak seorang pun akan luput. Firman Allah tersebut menunjukkan tidak ada tempat bagi Israel untuk berlindung atau lari (lepas) dari hukuman-Nya (Amos 9:1-4). Allah tetap melaksanakan firman-Nya. Mereka akan dihukum sampai tertatih-tatih di dalam kegelapan pengasingan sementara Dia tetap bersembunyi dari mereka. Tidak ada tempat di kedalaman bumi ataupun di ketingian langit yang akan melindungi mereka dari terjangan badai penghakiman Allah (Amos 3-4). Penghakiman-Nya tidak dapat dihindari karena Allah telah menetapkan untuk membayangi mereka “Aku akan mengarahkan mata-Ku kepada mereka untuk kecelakaan dan bukan untuk keberuntungan mereka” (Amos 9:4).

Dalam ayat 3 menyatakan dengan jelas bahwa “kamu akan keluara dari belahan tembok” ini dapat diartikan sebagai kandang (Hab 3:17). Jadi kamu lembu-lembu Basan akan keluar dari kandangmu. Maksudnya ialah ‘melalui belahan tembok itu kaum wanita akan diangkut sebagai tawanan masing-masing lurus kedepan yaitu satu demi satu berturut-turut, sehingga menjadi barisan yang berjalan maju ke jurusan yang sama’. Barisan ini akan maju ke arah utara, yakni ke tempat malapetaka, tempat datangnya bahaya, baik untuk Israel (Asyur) maupun untuk Yehuda (Babel: bnd Yer 1:13-14). Ke arah utara menuju ke  Hermon (gunung Hermon)[8]. Hermon dalam bahasa Yunani Khermon ‘tempat suci’ sebuah gunung di pegunungan batas Libanon, tingginya 2.814 m. Gunung inilah yang tertinggi di daerah dekat Palestina. Orang Sidon menyebutnya Sirion dan orang Amori menyebutnya Senir (Ul 3;9). Penduduk asli Kanaan melihat Hermon sebagai tempat suci  (bnd Baal-Hermon, Hak 3:3; ‘Baal-Gad’ Yos 13:5). Hermon merupakan batas wilayah utara daerah yang direbut Israel dari orang Amori (Ul 3:8; Yos 11:17). Puncaknya pada umumnya ditutupi salju sepanjang tahun, sehingga disini banyak embun (embunnya melimpah)[9].

Dengan demikian dalam ayat 1-3 ini, Amos menyebutkan dengan tegas dan jujur bahwa sumber dari banyak kejahatan pada zamannya adalah wanita-wanita yang mendesak kaum laki-laki untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat seperti korupsi yang mengakibatkan penghisapan dan penindasan bagi orang-orang miskin dan orang-orang lemah. sehingga hal ini semakin membuat penghukuman Allah tidak dapat dielakkan lagi sebab mereka telah melupakan akan firman Allah dan ketetapan-ketetapa-Nya dengan hidup orang kaya mengambil keuntungan dari orang-orang miskin dengan cara menindas, memeras hak-hak orang lemah, para perempuan mabuk kemewahan serta mereka lebih menyukai kejahatan daripada mencintai kebaikan (Amos 4:1;5:12,14).


Ibadah Israel Jahat Di Hadapan Tuhan (ayat 4-5)

Dalam pemberitaan Amos hanya kepada Tuhan saja beribadah dan meninggalkan sikap hidup penyembahan berhala sebab hal ini hanya mengakibatkan kematian dan penderitaan. Untuk itu seruan mencari Tuhan dalam kitab Amos ini dipertentangkan dengan larangan mencari Betel, Gilgal, Bersyeba, sebab Betel dan Gilgal pasti akan mati akan masuk ke dalam pembuangan (Amos 5:5).

Timbul pertanyaan mengapa mencari Tuhan dipertentangkan dengan mencari tempat-tempat peribadahan. Bukankah pada tempat-tempat peribadahan itu umat Israel menyembah Allah? Amos 5:5b menjelaskan tempat-tempat peribadahan itu pasti akan masuk ke dalam pembuangan, yang berarti akan mengalami kehancuran akibat peperangan dan penduduknya akan diasingkan ke negeri lain, sehingga mencarinya berarti mencari kematian. Mengapa tempat-tempat peribadahan itu akan mengalami kematian? Sebab temapt-tempat peribadahan itu berlangsung praktek-praktek peribadahan yang tidak memuliakan Tuhan. Hal ini dapat diketahui dari penggunaan istilah Ibrani pasya yang secara harfiahnya berarti memberontak, melawan atau bersalah. Mereka tetap melakukan ibadah tetapi hati mereka memberontak terhadap Firaman Allah. Ibadah yang demikian Allah pandang sebagai perbuatan yang jahat di hadapan-Nya dan Allah tidak menyukainya (Amos 4:4-5). Kemudian tempat-tempat tersebut sangat formalistik dengan menekankan kaharusan memenuhi ketentuan-ketentuan ritual (kurban sembelihan, persembahan persepuluhan, kurban syukur, persembahan-persembahan sukarela), tanpa sikap kritis terhadap dosa yang diperbuat dan tanpa usaha untuk bertobat. Sebagai akibatnya, ibadah-ibadah umat Allah tidak menuntun mereka untuk bertobat, membarui kehidupan imannya, dan kembali melaksanakan hukum-hukum Allah secara konsekuen dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah yang seperti itu bukanlah ibadah yang dikehendaki Tuhan (Amos 5:21-24).

Dilihat dalam konteks Amos ini bangsa Israel begitu rajin memberikan persembahan kepada Allah dan menyembah Allah namun dibalik semuanya (penyakit sosial mereka) itu terdapat penyembahan atau agama yang palsu. Bahwa mereka tidak menyambah Allah dengan benar tapi mereka melakukan yang jahat di mata Allah sehingga di katakan bahwa Ibadah bangsa Israel merupakan ibadah yang jahat. Maka dalam Ayat 4-5 berserulah Amos kepada bangsa Israel datanglah ke Betel yang merupakan pusat keagamaan resmi di Israel…!! Dan dilanjutkan dengan “dan lakukanlah perbuatan jahat”. Betel sekarang ini disebut tell Beitin, di jalan batas air, 19 km di utara Yerusalem. Bagi Yakub Betel adalah awal dari kenyataan Allah, yang bagi dia adalah Allah dari Betel (Kej 31:13; 35:7). Ia melihat Allah dan ia menamakan tempat ini rumah Allah (Ibrani bet-el) dan mendirikan suatu tiang (Ibrani matstseva) (Kej 28:11-22). Kota Betel adalah tempat keramat pada zaman Samuel dan tiap ia tahun mengunjunginya (1 Sam 7:16; 10:3). Benda sejarah yang masih ada dari zaman itu menunjukan suatu masyarakat sederhana dan tak aman. Pada abad ke-6 sM kota ini dihancurkan oleh api. Orang-orang yang kembali dari pembuangan tinggal di Betel (Neh 11:31). Tapi kebaktian mereka berpusat di Yerusalem (Zak 7:2). Kota ini berkembang pada zaman Hellenistis sampai dikuatkan oleh Bachides kira-kira 160 sM (1 Makabe 9:50).  Lalu ke Gilgal untuk memperbanyak perbuatan jahat.

Gilgal dalam bahasa Ibrani galal, ‘menggulung’ yang bisa juga berarti lingkaran (batu-batu) gulungan. Artinya menggulung; kata Gilgal dipakai Allah melalui Yosua untuk mengingatkan Israel tentang kelepasan mereka dari Mesir ketika mereka disunat di sana, ‘hari ini telah Ku hapuskan (galloti) cela Mesir itu daripadamu’ (Yos 5:9).

a)    Gilgal di sebelah Timur Yerikho, letaknnya antara Yerikho dan Yordan. Gilgal juga bisa menjadi peringatan akan penyelamatan Allah dari belenggu Mesir pada masa lampau, dan menjadi tanda kemenangan yang dicapai pada saat ini di bawah pimpinan-Nya dan memperlihatkan janji warisan yang masih harus dicapai.
b)   Menurut Yos 15:7, batas utara Yudea sekurang-kurangnya sampai ke Gilgal yang terletak diseberang pendakian Adumim; dalam ihwal perbatasan ini, maka batas selatan Benyamin (Yos 18:17) mencakup juga Gilgal dan disebut Gelilot.
c)    Dalam Ul 11:30, ungkapan ‘ditentangan Gilgal’ yang lebih menunjuk kepada pemukiman orang Kanaan di Araba (dicelah lembah Yordan).
d)   Diantara musuh yang dikalahkan Yosua disebut Raja negeri Goyim di Gilgal (Yes 12:23), yang disebut antara raja negeri Dor dan Tirza.
e)    Bet-Gilgal tempat asal para penyanyi yang datang pada peresmian tembok-tembok Yerusalem oleh Nehemia dan Ezra[10].

    Tempat Israel ketika mereka memasuki Kanaan (Yos 4:19) dan kemudian hari menjadi pusat penyembahan sinkretistik yang dikutuk oleh Amos (4:5) dan Hosea (4:15)[11]. Amos menyebut kedua nama tempat ini, karena kedua kota ini terdapat banyak kuil yang memungkinkan bagi mereka untuk sermakin banyak melakukan kejahatan dan juga kuil-kuil disana semakin bertambah banyak. Di sana terdapat banyak tanda-tanda agama, namun hasilnya hanyalah untuk memperbanyak kejahatan. Agama disana hanyalah agama (atau hanya secara lahiriah saja), yang memperburuk ketidaklayakan mereka dihadapan hadirat Allah. Bagi mereka perbuatan agamawi adalah merupakan seluruh agama, dan oleh sebab itu ‘lebih banyak perbuatan baik, itu lebih baik lagi’. Mereka sudah tidak dapat membedakan bagaimana cara menyembah Allah yang benar itu seperti apa. Sehingga mereka mencampurkan ragi dan korban syukur mereka. Serta mereka membuat suatu pertunjukan umum dari kebaktian pribadi seperti persembahan-persembahan sukarela (Im 22:18), dengan menunjuk hjalan merekaadalah kemauan pribadi.

Amos menyindir mereka dengan kata perhebatlah atau perbanyaklah perbuatan jahat. Seruan ini seolah-olah mengajak untuk sembahyang dengan rajin melaksanakan kewajiban dan upacara keagamaanmu, namun dibalik kata-kata sindirin ini mereka harus mengetahui bahwa apa yang dilakukan mereka itu tidak lain daripada dosa dan durhaka terhadap Allah, serta akan membuat mereka semakin jauh dari Allah dan murka Allah menimpa mereka. Makna sebenarnya dari kata-kata Amos ini adalah janganlah kamu mencari Betel dan jangan pergi ke Gilgal (5:5). Perbuatan-perbuatan suci yang dilakukan oleh peziarah-peziarah di ‘tempat-tempat suci’ disebutkan oleh Amos satu persatu. Bahwa mereka mempersembahkan ‘korban sembeliham pada waktu pagi’, korban sembelihan itu adalah ‘korban persekutuan’ yaitu korban dalam bentuk selamatan atau perjamuan yang menciptakan persekutuan baik diantara para hadirin samannya sendiri, maupun diantara para hadirin dengan Allah yang dianggap sebagai ‘tamu yang agung;. Dan juga persembahan persepuluhan yang diberikan untuk Bait Suci dan imam-imamnya.

Bakarlah korban syukur dari roti yang beragi dan maklumkanlah persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan Allah

Bakarlah (Im7:13) siarkanlah itu maksudnya adalah untuk menghadang semua yang menghadiri selamatan itu. Lakukanlah dengan rajin apa yang menjadi keagamaanmu dan segala yang kamu pandang baik dan adat istiadat keagamaanmu? ‘Sebab bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan Allah’. Kata mu atau kamu merupakan kata yang kasar dan sangat pedas bagi orang Israel. Kata demikian dalam bahasa Ibrani dahulunya berarti bahwa apa yang menurut adat dipandang senonoh. Apa yang ingin kamu capai? Kata Amos bukanlah yang dituntut Allah (yaitu melakkukan kebenaran dan keadilan).

Ketika mereka beribadah mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah meninggalkan Tuhan Allah. Mereka mengira bahwa mereka berbakti kepada Tuhan. Mereka tidak menyadari bahwa kepercayaan atau pendirian mereka kepada Allah sudah sangat dipengaruhi oleh religi orang Kanaan (5:21-27). Mereka tidak mengindahkan kebenaran dan keadilan terhadap saudara-saudara mereka yang miskin dan lemah. Seluruh keberagaman orang Israel bersifat dusta dan bohong (bnd 2:4). Tidak ada dalam hidup mereka mengatakan benar, kehidupan mereka penuh dengan kebohongan belaka[12]. Amos sangat menentang mereka karena hal ini yaitu ibadah mereka jahat di mata Allah.  untuk itu Amos sangat mengecam dengan keras akan tindakan umat itu.

Di balik kecaman keras itu, Amos sesungguhnya menekankan pentingnya hukum Taurat diamalkan dan diimplementasikan secara konsekuen dalam kehidupan sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Yang diperlukan umat Israel untuk hidup sebagai umat kepunyaan Tuhan bukanlah peribadahan yang sarat dengan upacara-upacara keagamaan, melainkan suatu kehidupan yang adil dan benar menurut kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, Amos 5:21-24, seperti yang dikutip di bawah ini, nabi Amos menegaskan yang dikehendaki Tuhan dari umat-Nya adalah melakukan keadilan dan kebenaran dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan bukan ibadah-ibadah kurban serta upacara-upacara keagamaan, sebagai berikut: "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir." Penegakkan keadilan inilah yang baik dan merupakan kehendak Allah bagi umat-Nya yaitu berlaku adil (Mikha 6:8).

Namun ha-hal di atas diabaikan oleh orang-orang Israel. Dosa mereka membuat mereka lupa kepada Allah yang maha tahu akan segala yang mereka perbuat. Sehingga perbuatan mereka ini mendatangkan hukuman atas hidup mereka. Karena Allah sudah menjauh dari mereka oleh karena dosa mereka.

Perbuatan-perbuatan mereka ini sangat melukai dan sangat keji di hadapan Allah namun Allah ingin menunjukan kepada mereka bahwa Allah selalu memelihara mereka (ay 6). Yakni karena murka-Nya maka Ia mengirim kepada mereka tujuh hajaran peringatan kelaparan (ay 6), musim kering (ay 7&8), jamur (penyakit gandum, belalang; 9b), penyakkit sampar (10a), peperangan (10b), gempa bumi (11). Hal-hal ini terjadi karena Allah mempunyai satu tujuan yaitu ‘untuk membawa umatnya menuju kepada pertobatan’ (6-11). Sebab tanpa pertobatan terhadap Allah maka tidak ada agama yang benar[13]. sehingga melalui hal ini Allah tetap menaruh belaskasihan kepada Israel setelah terjadinya penghukuman maka Allah kembali memulihkan mereka. hal ini dapat dilihat dalam akhir kitab Amos ini menjelaskan sebagai berikut:

Namun demikian kitab Amos ini berakhir dengan janji Allah kepada Israel sama sekali tidak akan dimusnahkan. Tuhan berkata, "akan tiba saatnya memulihkan kerajaan Daud. Sekarang kerajaan itu telah menjadi seperti rumah yang roboh. Tetapi tembok-temboknya akan Kuperbaiki dan Kubangun kembali sehingga menjadi seperti dahulu kala. Orang Israel akan menguasai negeri Edom yang masih tersisa serta semua bangsa yang dahulu milik-Ku. Aku, Tuhan, telah berbicara dan akan melaksanakan hal itu." Akan tiba waktunya gandum tumbuh begitu cepat sehingga musim menuai tak ada putus-putusnya. Pohon anggur akan tumbuh sangat pesat sehingga orang akan terus-menerus membuat air anggur. Aku  akan menjadikan umat-Ku Israel makmur kembali. Mereka akan membangun lagi kota-kota mereka yang telah runtuh, lalu mereka akan tinggal di sana. Mereka akan menanami kebun-kebun anggur, dan minum anggurnya. Mereka akan bercocok tanam, dan makan hasilnya. Aku akan menempatkan umat-Ku di negeri yang telah Kuberikan kepada mereka. Mereka tidak akan dicabut lagi dari sana. Tuhan Allah mereka telah berbicara (Amos 9:11-15).




Israel  Tidak Mau  Berbalik Kepada Tuhan (Ayat 6-13)

Dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia memberikan judul prikopnya adalah “Israel  tidak mau  berbalik kepada kepada Tuhan”. Kata ini diluang hingga lima kali, menekankan bahwa bangsa Israel sangat jahat. Mereka tidak peduli akan segala yang telah dilakukan Allah kepada mereka. Mereka berpaling dan tidak berbalik dan kembali kepada Allah, sambil menyesal dan bertobat agar terjadi perubahan hati dan perubahan hidup. Sedangkan Allah sudah melakukan banyak mujizat terhadap mereka, namun mereka tidak peduli akan semua itu, mereka semakin terpuruk dalam keadaan mereka yang demikian yaitu mereka tidak mau berbalik kepada Tuhan.

Berbagai perbuatan ajaib telah Allah lakukan kepada Israel sehingga mereka berbalik kembali dan berpaling dari sikap hidup penyembahan berhala dan moralitas yang tidak sesuai dengan ketetapan-ketetapan hukum Taurat. keadaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Dalam Amos 2:9-11: 9

Padahal Akulah yang memusnahkan dari depan mereka, orang Amori, yang tingginya seperti tinggi pohon aras dan yang kuat seperti pohon tarbantin; Aku telah memunahkan buahnya dari atas dan akarnya dari bawah’. 10 ‘Padahal Akulah yang menuntun kamu keluar dari tanah Mesir dan memimpin kamu empat puluh tahun lamanya di padang gurun, supaya kamu menduduki negeri orang Amori’; 11 ‘Aku telah membangkitkan sebagian dari anak-anakmu menjadi nabi dan sebagian dari teruna-terunamu menjadi nazir. Bukankah betul-betul begitu, hai orang Israel?" demikianlah firman TUHAN’.

Mengemukakan bahwa telah Allah lakukan dalam sejarah untuk kepentingan orang Israel yakni pembebasan dari Mesir, pemusnahan orang Amori, pimpinan selama perjalanan di padang gurun dan lain-lain. Namun mereka tetap melakukan kejahatan dan dosa sekalipun mereka telah menikmati segala perbuatan kebajikan Allah. Seperti diperingatkan bahwa ‘Allah menghukum mereka dengan malapetaka dengan maksud untuk membuat orang Israel mengaku dosa, menyesal dan bertobat agar mereka berpaling kepada Allah. Namun cara ini tidak berhasil, mereka tidak memperdulikan kasih Allah ’Namun kamu tidak berbalik kepada-Ku’.

Dalam ayat 6 disebutkan kelaparan; kepada mereka Tuhan telah memberi ‘gigi yang tidak disentuh makanan. Dalam bahasa Ibrani sebenarnya teradpat bahwa Allah telah memberi kepada mereka ‘kesucian gigi’. Dalam ibadah kata ‘suci’ atau ‘bersih’ mempunyai arti penting. Dalam ayat ini Amos sangat mengejek mereka yaitu bahwa kamu bersusah untuk menjadi suci dan bersih secara lahir, tetapi Allah membuat bahwa gigi mereka ‘suci’ atau ‘bersih’; sebab…kekurangan roti adalah demikian, sehingga mereka tidak perlu memakai gigi. Yang menjadi penyebab kelaparan ini disebutkan dalam aya 7 adalah panen (terutama Apri-Juni) gagal oleh karena musim kering yang terlalu cepat mulai, yakni tiga bulan sebelum panen ‘hujan awal’ (oktober-november), tanah di negeri itu harus dibuat menjadi baik untuk diusahakan dan ditaburi beni. Sedangkan sebagian besar bergantung pada air yang jatuh antara Desmber dan Maret; dan ‘hujan akhir’ (April) adalah penting untuk mencegah pengeringan dan untuk bertumbuhnya buah-buahan dengan baik. Semuanya ini bergantung pada curah hujan. Ladang yang tidak kejatuhan hujan akan mongering dan tidak memberi hasil. sedangkan di kota-kota tidak dapat menyimpan air sehingga penduduk tidak hanya menderita kelaparan tetapi juga haus ; sia-sialah orang terhuyung-huyung ke suatu kota dimana orang masih mengira akan mendapatkan air. kegagalan dari panen yaitu oleh hama (batang gandum menjadi layu sebelum bulir gandum masak, sebagai akibat dari lekas datangnya angina timur yang kering) dan oleh penyakit gandum (yang membuat pucat ujung batang gandum cukup besar). kecuali gandum di ladang, taman-taman dan kebun-kebun juga ditempa oleh kekeringan, sedang hama belalang menyebabkan bahwa pohon-pohon ara dan pohon zaitun tidak menghasilkan buah-buahan untuk manusia. “Namun tidak berbalik kepadak-Ku”

Hal ini terjadi sebagai pertanda Tuhan menghukum mereka dengan penyakit sampar (peringatan penyakit sampar yang pernah terjangkit di Israel). Ke-sepeuluh tulah di Mesir (Penyakit sampar ternak Kel 9:1-7atau borok-borok di Mesir Kel 9:8-12). Dalam ayat 10 ini, diingatkan kepada mereka akan kesengsaraan yang disebabkan oleh peperangan (yakni dengan Aram). Juga semua itu terjadi diluar kehendak Tuhan dan maksud Allah (3:6). sebab itu: “Aku telah membunuh terunamu dengan padang. pada waktu (atau sementnara) kudamu dijarah”. dalam pada itu mayat orang-orangyang gugur tinggal terkubur sehingga bau di perkemahan sudah dapat tercium dari jauh. Sehingga dalam ayat 11 Tuhan menjungkir balikan mereka ini merupakan, kata-kata kiasan. misalnya berhubung dengan penyerbuan musuh, bisa bencana alam yang menakutkan. Seperti: gempa bumi yang disertai kebakaran (bnd cerita Sodom dan Gomora  Kej 19:24-25). Ungkapan ini seperti Allah menjungkir balikan Sodom dan Gomora, yang mengabarkan hukuman Tuhan yang akan datang atas suatu negeri atau bangsa ( Ul 29:23 atas Israel  Yes 13:39 dan Yer 50:40 atas babel, Yer 49:18 atas Edom). Ini merupakan suatu pernigatan dari Amos untuk pendengar-pendengarnya bahwa mereka nyaris, seakan-akan untuk suatu mujizat, luput dari kemusnahan seperti puntung yang telah disambar api sedikit. Pada saat penghabisan masih ditarik dari api ‘namun kamu tidak berbalik kepada-Ku.

Jadi dalam ayat 6-11 ini, bencana yang pernah terjadi satu persatu disebutkan Amos, yang dalam pemberitaan nabi dipandang sebagai suatu hukuman yang berasal daripada Allah kepada orang yang berbuat dosa (hukuman dari Allah karena kejahatan umat-Nya), yaitu mereka yang telah dipilih Allah untuk mendengarkan suara-Nya ( Ul 28:21-22 dstnya; 1 Raj 8:35-40), ‘Namun kamu tidak berbalik kepada-Ku. Ini merupakan hal-hal yang dilukiskan Allah untuk menginsafkan orang Israel namun lima kali pernyataan yang mengatakan ‘namun kamu tidak berbalik kepada-Ku’. Sehingga dalam ayat 12 disebutkan akan terjadi penghukuman atas mereka ‘sebab itu demikianlah’ merupakan suatu penghukuman yang sangat besar bagi mereka. namun penghukuman yang besar bagi mereka itu tidak disebutkan disini dengan jelas oleh Amos yaitu dengan cara apakah Tuhan akan menghukum mereka atau bagaimana Tuhan akan menghukum mereka. hukuman itu akan membawa keruntuhan besar bagi Israel (2:13-16; 3:11-12, 14-15; 4:2-3). Hukuman yang diberitahukan Amos kepada orang Israel atas nama Allah.

Ancaman kepada Israel dalam konteks ini dengan ungkapan maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu hai Israel” (Amos 4:12). Menurut Ds. B.J Boland maksud perkataan bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu hai Israel” menunjuk kepada hukuman daripada Allah yang telah diberitahukan oleh Amos atas nama Allah[14]. Hal ini diperkuat dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari sebagai berikut: “Karena itu, hai umat Israel, Aku akan menghukum kamu. Jadi, bersiap-siaplah menghadapi hukuman yang akan Kutimpakan kepadamu!" dengan jelas akhir kitab Amos ini hukuman apa yang pantas bagi mereka Allah telah menetapkan untuk membayangi mereka  untuk kecelakaan dan bukan untuk keberuntungan” (Amos 9:4).































BAB III
KESIMPULAN

            Dari hasil analisa Amos 4:1-13, maka penulis dapat menyimpulkannya bahwa kitab Amos ini berisi tiga pokok bagian secara garis besarnya yaitu yang pertama adalah perempuan-perempuan Samaria yang digambarkan sebagi lembu yang gemuk yang mabuk akan kekayaan dan kemewahan, hidup yang berfoya-foya, menindas orang lemah, memeras orang miskin, dan menuntut supaya suaminya untuk selalu menyediakan minuman keras bagi mereka. Namun Tuhan akan menghukum mereka dengan membuang mereka kelak diseret dengan kaitan; seperti ikan pada mata kail. Mereka akan diseret seperti lembu-lemu Basam ke tempat Pembuangan.

            Kedua, adalah ibadah Israel yang jahat di hadapa Tuhan. Pada prinsipnya mereka tetap memberikan persembahan kepada Tuhan secara rutin namun hal ini dicela oleh Tuhan dan dipandang sebagai perbuatan jahat. Dengan kata lain secara formalitas mereka beribadah dan memberikan persembahan yang banyak kepada Tuhan. Tetapi yang menjadi masalahanya adalah tidak adanya pertobatan, pembaharuan batiniah pengaplikasian hukum Taurat dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Contoh konkritnya adalah memberikan pinjaman kepada orang miskin, dalam kondisi ini justru mereka menindas ortang miskin tersebut dengan membungakan pinjaman itu. Hal ini Allah pandang sebagai perbuatan yang jahat.

            Ketiga adalah orang Israel tidak mau berbalik kepada Tuhan. Dengan berbagai mujizat telah Allah lakukan dengan Tujuan kondisi itu mengarahakn mereka berbalik kepada Tuhan tetapi hasilnya tidak ada, artinya mereka tetap tidak berpaling kepada Tuhan (Amos 4:6-11). Sebab itu Allah akan menghukum mereka juga yaitu: Mereka akan dihukum sampai tertatih-tatih di dalam kegelapan pengasingan sementara Dia tetap bersembunyi dari mereka. Tidak ada tempat di kedalaman bumi ataupun di ketingian langit yang akan melindungi mereka dari terjangan badai penghakiman Allah (Amos 3-4). Penghakiman-Nya tidak dapat dihindari karena Allah telah menetapkan untuk membayangi mereka “Aku akan mengarahkan mata-Ku kepada mereka untuk kecelakaan dan bukan untuk keberuntungan mereka” (Amos 9:4)














[1] B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Kitab  Amos, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), 4
[2] ____, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2004),1400-1401
[3] Denis Green, Pengetahuan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1984), 190
[4] I Snoek, Sejarah Suci, (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2001), 184
[5] Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2001), 609
[6]____, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta: Yayasan Komunkasi Bina Kasih /OMF, 2007), 43-44
[7]____, Tafsiran Alkitab Masa Kini-II Ayub -Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF), 44
[8] B. J. Boland, Tafsiran Kitab Amos, (Jakarta: Gunung Mulia, 1966), 40-41
[9] Ibid, 378-379
[10] Ibid ,342-343
[11] W. R. F Browning, Kamus Alkitab, (JakartaL: Gunung Mulia, 2009), 120
[12] B. J. Boland, Tafsiran Kitab Amos, (Jakarta: Gunung Mulia, 1966), 41-42
[13] ____, Tafsiran Alkitab Masa Kini-II Ayub-Maleakhi, (Jakarta: YKBK/OMF, 1991), 23
[14] Op.cit,  49
 






Daftar Pustaka

_______, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2003).
_______,Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1991).
______, Handbook To The Bible, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004).
Boland Ds. B.J, Tafsiran Amos, (Jakarta: BPK, Gunung Mulia,1966).
Baxter J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab Ayub s/d Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, 1989).
John H. Walton dan Andrew E. Hill, Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2001).
Rothlisberger H., Firman-Ku Seperti Api Para Nabi Israel, (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2002).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar