
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada
dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, namun sebaliknya semua
agama mengajarkan kebaikan. Semua agama mendorong agar semua umat saling
menolong, saling mengasihi satu dengan lainnya. Kata kasih merupakan kata yang memiliki makna
yang sangat luas, karena dapat ditafsirkan dalam berbagai perspektif tergantung
dari sisi mana seseorang meninjaunya.[1]
Kasih
merupakan satu hal yang sangat diinginkan oleh setiap manusia untuk dimiliki.
Manusia diciptakan dengan daya dasar mencintai dan perlu dicintai.[2]
Manusia berbeda dengan binatang yang hanya memiliki daya yang sangat dangkal
yaitu naluri (instinct). Dengan kata
lain binatang tidak mengerti apa makna dikasihi dan mengasihi.
Di dalam ruang lingkup
agama, kasih merupakan salah satu ajaran yang sangat penting. Seperti yang
penulis paparkan di atas, pada dasarnya
semua agama mengajarkan umatnya untuk melakukan kebaikan atau kasih. Tidak ada
satu agamapun yang mengajarkan kejahatan, namun sebaliknya semua agama
mengajarkan kasih kepada penganut agama tersebut. Kasih tersebut bisa berbentuk
menolong sesama manusia, memperdulikan sesamanya bahkan berkorban terhadap
sesamanya manusia. Bentuk-bentuk kebaikan tersebut adalah wujud tindakan kasih
dari dalam diri seseorang. Namun setiap agama memiliki cara yang berbeda-beda
dalam mengaplikasikan kasih yang dipahaminya.
Kasih, khususnya
dalam konteks ajaran agama, tentu hal ini tidak terlepas dari tokoh tertentu
atau pendiri yang terlebih dahulu memproklamirkan ajaran tersebut. Sebab tidak
mungkin suatu agama ada dengan sendirinya tanpa ada seseorang yang memberikan
ajaran terhadap orang-orang yang mau menerimanya. Adapun yang penulis maksudkan
tokoh dalam hal ini ialah tokoh agama Buddha yaitu Sidharta Gautama dan tokoh
agama Kristen yaitu Yesus Kristus. Kedua tokoh tersebut sama-sama memberikan
pengajaran tentang kasih.
Penulis
melakukan pengamatan terhadap kedua agama tersebut. Bagi penulis ini adalah hal
yang menarik untuk dipelajari, sebab kasih merupakan suatu hal yang sangat
diperlukan oleh manusia. Kasih harus dikembangkan dan lakukan, baik dalam
kehidupan sosial, terlebih lagi dalam kehidupan spiritual, dimana manusia harus
mengasihi Tuhannya.
Dalam Kitab
Tripitaka Dharmapada Gandhari 280-281 mengajarkan tentang kasih sebagai berikut:
“Menaklukkan kemarahan dengan
ketidakmarahan, menaklukkan kejahatan dengan kebajikan, menaklukkan kekikiran
dengan pemberian, menaklukkan kebohongan dengan kebenaran, ”Dhammapada 223
“Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan.
Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan
kejujuran.”
Dalam Injil
Lukas 6:27-30; 35-36 dengan jelas Yesus mengajarkan kasih kepada sesama, bahkan
kepada orang yang membenci, sebagai berikut:
“Tetapi kepada kamu, yang
mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang
yang membenci kamu; mintalah berkat bagi
orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa
menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan
barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah
kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada
orang yang mengambil kepunyaanmu. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah
baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu
akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik
terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang
jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."[3]
Berdasarkan
kutipan ayat-ayat di atas, baik agama Buddha maupun agama Kristen sama-sama mengajarkan kasih. Dalam hal ini penulis
berkeinginan untuk melakukan penelitian terhadap kedua agama tersebut mengenai
konsep ajaran kasih.
Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengadu domba kedua
ajaran agama tersebut, melainkan untuk memahami mengenai apa yang sesungguhnya
dipahami baik oleh agama Kristen maupun agama Buddha tentang kasih. Selain itu
juga menolong orang-orang Kristen untuk memahami orang-orang Buddha dengan
lebih baik termasuk dalam hal perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam Buddha dan Kristen.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis
paparkan di atas, penulis terdorong untuk menyusun penulisan skripsi ini mengenai pemahaman tentang ajaran
kasih menurut agama Buddha dan Kristen.
B.
Rumusan
Masalah
Untuk
mempermudah penulis dalam proses penulisan skripsi ini, maka penulis membuat rumusan-rumusan pokok pembahasan sebagai
berikut.
1. Apakah
yang dimaksud dengan kasih
dalam Buddha dan Kristen?
2.
Bagaimanakah persamaan dan perbedaan ajaran tentang
kasih menurut Buddha dan Kristen?
C.
Tujuan
Penelitian
Setiap
kegiatan penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Demikian pula halnya
dengan penelitian yang penulis lakukan dalam penulisan skripsi ini. Penulis
memiliki beberapa tujuan yaitu:
1.
Untuk menjelaskan pemahaman tentang kasih
2.
Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan kasih dalam Buddha dan Kristen.
D.
Pentingnya
Penelitian
Adapun
pentingnya penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi
penjelasan kepada orang-orang Kristen agar dapat lebih memahami makna kasih
dari sudut pandang orang Buddha dan dapat mengasihi serta menjalin hubungan
yang baik sebagai sesama.
2. Memberikan
pemahaman kepada penulis tentang ajaran kasih menurut perspektif agama Buddha, dengan
tujuan agar penulis dapat memahami perbedaan dan persamaan, bahkan untuk
mengetahui implementasi ajaran kasih dalam agama Buddha dan Kristen.
E.
Ruang
Lingkup Penelitian
Agar
penulisan skripsi ini tidak menjadi terlalu luas, maka penulis membuat
batasan-batasan dalam materi yang akan dibahas, yaitu tentang ajaran kasih menurut
Buddha dan Kristen
F.
Metode
Penelitian
Metode penelitian
merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari
oleh saumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan idiologis,
pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.[4]
Penelitian dalam penulisan ini adalah metode komparatif atau metode
perbandingan, yaitu metode yang menyoroti teks dengan membandingkan atau
mempertentangkannya dengan bagian-bagian lain dari data.[5]
Menurut Winarno
Surahmad, studi komparatif adalah penyelidikan yang berusaha mencari pemecahan
masalah-masalah analisa tentang perhubungan-perhubungan sebagai akibat yakni
yang meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan yang ditelit, dan
membandingkan satu faktor dengan faktor lain.[6]
Metode ini bertujuan
untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari beberapa objek
yang diamati. Menurut Mc Milan dan Schumacher, secara umum penelitian memiliki
dua tujuan, yaitu: untuk menggambarkan dan mengungkapkan, menggambarkan dan
menjelaskan. Makna lain yang hampir sama dengan pernyataan tersebut, menguji
atau memahami, dan menemukan atau mengembangkan.[7]
Jadi metode kompatif
adalah penyelidikan dengan cara membandingkan bagian-bagian yang diteliti untuk
mencari pemecahan masalah yang berhubungan yang diteliti.
1. Langkah-langkah
penelitian
a)
Prosedur
Pengumpulan Data
i.
Perencanaan
Perencanaan ini
meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data.[8]
Yang menjadi perumusan dan pembatasan masalah penelitian ialah bagaimana kasih
dari perspektif agama Buddha dan Kristen.
ii.
Pengumpulan Data
Judul
skripsi ini adalah Kasih Dari Perspektif Agama Buddha Dan Kristen Sebuah Studi
Komparatif. Setelah judul disetujui maka penulis mulai mengumpulkan data.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sitematik dan standar untuk memperoleh
data yang diperlukan, atau suatu proses pengadaan data untuk keperluan
penelitian.[9]
Berdasarkan
judul yang telah disetujui di atas, maka pengumpulan data ini dilakukan dengan
cara studi kepustakaan yaitu mengumpulkan dan mempelajari berbagai buku dan
literatur yang berhubungan dengan pokok bahasan. Untuk memperoleh data-data
yang akurat, penulis menggali informasi-informasi yang penting dan berkaitan
dengan pembahasan dari sumber-sumber yang jelas, seperti buku-buku teologi,
buku-buku yang berkaitan dengan agama Buddha, majalah, serta internet, yang
berkaitan dengan judul yang dibahas dan pendukung lainnya yang dapat dijadikan
refrensi. Data tersebut kemudian disesuaikan dengan pokok masalah yang akan
diteliti, dengan tujuan untuk memudahkan penulisan.
iii.
Pengolahan Data
Setelah
data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menyeleksi dan mengolah data
tersebut yang sesuai dengan pembahasan. Untuk mengolah data yang telah
terkumpul, penulis menggunakan teknik deskriptif-analisis, dimana dalam
memaparkan pokok pembahasan, penulis mencari data-data dan menganalisa
data-data tersebut, menyusun dan menginterpretasikannya menjadi suatu gambaran
yang jelas dan sitematis.
iv.
Analisa Data
Nazir
mengatakan, “analisa adalah pengelompokan, membuat suatu urutan serta menyingkat
data sehingga mudah untuk dibaca”.[10]
Jadi prosedur analisa data yang dimaksud adalah cara menyelidiki data yang
berhubungan dengan judul skripsi. Kemudian menguraikan bagian-bagian informasi
di dalamnya secara sistematis dan logis, sehingga mudah untuk dipahami.
v.
Penarikan Kesimpulan
Dalam
menarik kesimpulan, penulis menggunakan cara induktif. Menurut Arikunto, metode
induktif adalah metode untuk menarik kesimpulan berdasarkan premis-premis
khusus kemudian menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dan logis.[11]
G.
Definisi
Istilah
Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dalam skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan
istilah-istilah yang ada dalam judul
skripsi ini. Istilah-istilah yang akan
penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.
Studi
Istilah studi memiliki pengertian:
belajar atau mempelajari sesuatu, menelaah maupun mengkaji.[12]
Sedangkan menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia studi berarti kajian, telaah,
penelitian, penyelidikan ilmiah.[13]
Jadi yang dimaksud dengan studi dalam skripsi ini adalah penelitian yang
dilakukan secara cermat mengenai pemahaman kasih menurut Kristen dan Buddha.
2.
Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.[14]
Kata "agama" berasal dari
bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi
yang berasal dari bahasa Latin religio
dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang
sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit
atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini
dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang
dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik
perbedaannya.[15]
Manusia memiliki kemampuan terbatas,
kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada
sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu
berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam
sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misalnya Tuhan, Dewa, God, Syang-ti,
Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha
Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dan lain sebagainya.[16]
Keyakinan ini membawa manusia untuk
mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima
segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan menaati
segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan
yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam
pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka
suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut
dapat disebut agama.
Melalui
definisi di atas, maka agama yang dimaksudkan oleh penulis adalah, kepercayaan
yang dipeluk oleh umat Kristen dan Buddha.
3.
Perspektif
Menurut Leonardo da Vinci, perspektif
adalah sesuatu yang alami yang menampilkan yang datar menjadi relative, dan yang relative menjadi datar. Perspektif adalah suatu system matematikal
untuk memproyeksikan bidang tidak dimensi ke dalam bidang dua dimensional,
seperti kertas atau kanvas. Kata “perspektif”
berasal dari bahasa Italia, “prospettiva”
yang berarti “gambar pandangan”. Konstruksi perspektif memungkinkan seseorang menggambar sebuah
benda atau ruang secara nyata di atas sebuah bidang datar (bidang gambar) atau
untuk memperjelas sebuah rencana yang telah digambarkan secara proyeksi geometri
(tampak atas, depan dan samping).[17]
Jadi,
perspektif yang dimaksudkan oleh penulis adalah, mengenai gambaran kasih dari
sudut pandang agama Kristen dan Buddha secara jelas.
4.
Komparatif
Penelitian
komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan
persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang
di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.[18]
Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari
satu atau dalam waktu yang berbeda.
Menurut
Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif
yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena
tertentu.
Jadi
peneitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan
antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan
studi komparatif adalah mengkaji suatu hal dengan melakukan perbandingan agar
menemukan hal yang mendasar dari Kristen dan Buddha.
H.
Sistimatika
Penulisan
Sistematika penulisan ini berrjumlah lima bab, masing-masing bab
mempunyai hubungan yang erat dan tidak bisa dipisahkan, mengingat satu sama lainnya
bersifat integral komprehensif. Sistematika tersebut sebagai berikut:
Bab pertama
berisi pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah; rumusan permasalahan;
tujuan dan manfaat penelitian; metode
penelitian; sistematika penulisan. Dalam bab pertama ini tampak penggambaran
isi skripsi secara keseluruhan namun dalam satu kesatuan yang ringkas dan padat
guna menjadi pedoman untuk bab kedua, ketiga, keempat dan kelima.
Bab kedua
berisikan agama Buddha yang meliputi; sejarah agama Buddha, Inti ajaran Buddha, Konsep Buddha tentang ajaran kasih, jenis-jenis kasih di dalam agama Buddha.
Bab ketiga berisikan
agama Kristen yang meliputi; sejarah Kekristenan, Sistem kepercayaan Kristen, pandangan Kristen tentang ajaran
kasih, jenis-jenis kasih.
Bab keempat merupakan
analisis data yang berisi
tentang persamaan dan perbedaan ajaran kasih Kristen dan Buddha;
Bab kelima
merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
Dengan
demikian keseluruhan isi skripsi ini bisa tergambar
secara jelas dan padu antara
bagian satu dengan bagian lainnya merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.
[3] _________Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Jakarta: Gandum Mas dan
Lembaga Alkitab Indonesia1994), 89
[4] Nana Syaodih sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2008), 52
[5] Andreas B. Subagyo, Pengantar Risert Kuantitatif Dan Kualitatif
(Bandung: Kalam Hidup, 2004), 44
[6] Surahmad Winarno, Metode Research (Bandung: Balai Pustaka,
2008), 87
[7] Nana Syaodih sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2008), 96
[8] Ibid, 114
[9] Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1995), 211
[10] Ibid, 145
[11] Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 26
[13] _______, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 860
[17] ttp://id.shvoong.com/humanities/arts/2288660-gambar-perspektif/#ixzz2MT4JONQn,
diunduh 17 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar