Rabu, 12 Juni 2013

Cover Asli Pedoman












KASIH DALAM PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA DAN KRISTEN
SEBUAH STUDI KOMPARATIF




Logo_STTS_BARU
 














SKRIPSI
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Sangkakala
 Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teologi





Oleh:
MEIDAR LAMSKING B.M.
NIRM : 09311316





SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SANGKAKALA
GETASAN KABUPATEN SEMARANG

April 2013

Tugas Perintisan Jemaat



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  Efesus
 Kota Efesus merupakan salah satu daerah pemukiman yang tertua di pantai sebelah barat Asia Kecil dan kota yang paling menonjol di propinsi Romawi di Asia. Arti kata Efesus adalah kerinduan yang satu.Ini menggambarkan kerinduan anak-anak Tuhan saat itu untuk mengabarkan Injil ke seluruh penjuru dunia.Hal ini dapat dilihat di Peta Alkitab dimana ke-Kristenan berkembang mulai dari kota Antiokhia,terus ke barat ke daerah Asia Kecil,ke Macedoniadan sampai ke Roma. Saat itu kota Roma adalah pusat pemerintahan Kerajaan Romawi kuno.
Ephesos (bahasa Yunani kuno Ἔφεσος, Ephesos; bahasa Turki Efes) atau Efesus adalah kota Yunani kuno, dan di kemudian hari menjadi kota Romawi, di pesisir barat Asia Kecil, dekat Selçuk modern, Provinsi Izmir, Turki. Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota anggota Liga Ionia pada masa Yunani Klasik. Pada masa Romawi, selama bertahun-tahun kota ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah kota Roma. Ephesos memiliki populasi sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM, yang ketika itu menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia. [1]
 Asal mula kota ini tidak pernah diketahui, tetapi dalam abad kedelapan SM ia merupakan wilayah pemukiman yang menonjol dan sudah lama diambil alih oleh bangsa Yunani. Ia terletak sekitar tiga mil dari pantai di tepi Sungai Kayster, yang pada waktu itu dapat dilayari, sehingga Efesus merupakan kota pelabuhan. Lembah Sungai Kayster melandai sampai jauh ke pedalaman hingga digunakan sebagai jalur perjalanan kafilah ke Timur. Dari Efesus ada jalan- jalan raya yang menghubungkannya dengan semua kota-kota besar lainnya di propinsi itu serta jalur-jalur perniagaan yang menghubungkannya dengan wilayah utara dan timur. Ia merupakan pos yang strategis untuk mengabarkan Injil, karena para pekerja dari Efesus mempunyai hubungan dengan seluruh wilayah pedalaman Asia. [2]
Tempat yang terkenal di Efesus adalah kuil dewi Artemis yang mahabesar. Dewi Artemis adalah dewi orang-orang Efesus yang kemudian disamakan dengan dewi Artemis orang Yunani dan Diana dari Romawi. Patungnya berupa sebuah tubuh yang berbuah dada banyak dan berkepala seorang wanita, dengan sebongkah batu besar sebagai ganti kaki. Kuil yang pertama mungkin dibangun sekitar abad yang keenam SM, tetapi belum selesai hingga tahun 400 SM. Ia dibakar sampai rata ke tanah pada tahun 356 SM dan digantikan oleh bangunan yang lebih baru dan lebih besar, 425 kaki kali 225 kaki, yang disokong oleh sumbangan dari seluruh Asia. Ia dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia dan dikunjungi oleh banyak peziarah yang akan beribadat dalam tempat pemujaannya.  Kuil ini bukan hanya merupakan pusat pemujaan saja, tetapi karena tanah dan ruangan-ruangannya dianggap suci dan tidak boleh dicemari, ia juga merupakan tempat perlindungan bagi kaum yang tertindas dan tempat penyimpanan harta.  Suatu gambaran kasar dari kuil ini terlukis pada mata uang Efesus, disertai sebutan yang digunakan dalam Kisah Para Rasul bagi kota ini, NEOKOROS, atau kota yang memelihara kuil dewi Artemis (19:35). Berbeda dengan kebanyakan orang yang terjebak dalam rutinitas ibadahnya, penduduk Asia dan Efesus khususnya menunjukkan pengabdian yang nyaris fanatik terhadap dewi Artemis. Kegairahan mereka tercermin dalam perbuatan orang banyak di gedung kesenian, yang selama dua jam penuh meneriakkan 'Besarlah Artemis dewi orang Efesus" (19:34).


  1. Gereja Di Efesus
  Gereja Efesus dikategorikan oleh para ahli Alkitab sebagai Gereja Kerasulan atau Apostolic Church. Masa Gereja Kerasulan dimulai dari saat Hari Pentakosta pada tahun 30 AD sampai dengan tahun 100 AD. Ciri khas Gereja Kerasulan ini adalah mereka mempunyai semangat/gairah yang besar dalam hal penginjilan. Pada masa itu,seluruh anak-anak Tuhan begitu berapi-api untuk memberitakan Keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus.Dan banyak kaum Yahudi yang bertobat dan terima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cerita tentang Gereja Efesus dapat dibaca di Kisah 18:19 sampai Kisah 19:11.
1.      Pujian untuk Gereja Efesus (Wahyu 2:2-3)
Aku tahu segala pekerjaanmu:baik jerih payahmu maupun ketekunanmu.Aku tahu bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat,bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul,tetapi yang sebenarnya tidak demikian,bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena NamaKu dan engkau tidak mengenal lelah.
Tuhan Yesus mengerti benar jerih payah dan ketekunan mereka dalam pelayanan gereja.Seperti yang telah kita baca di Kisah 20:19,mereka berjuang dengan penuh cucuran air mata dan pencobaan.Mereka tetap setia kepada Kristus.TuhanYesus akan selalu mengingat jerih payah dan pengorbanan mereka yang mengasihiNya.Matius 10:42.
2.      Teguran untuk Gereja Efesus Wahyu 2:4
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yag semula.
Walaupun hanya 1 macam teguran, tapi teguran ini sangat serius, yaitu meninggalkan kasih kita yang mula-mula.Hal ini terjadi ketika generasi para rasul telah tinggal sedikit karena sebagian dari mereka telah menjadi martir karena Nama Yesus.Yang tertinggal dari generasi para rasul hanya rasul Yohanes. Meskipun jemaat Efesus mengasihi Tuhan tetapi mereka kehilangan kasih yang spontan kepada Kristus.Mereka kehilangan kasih yang meluap-luap ketika saat pertama kali berjumpa Kristus.


3.      Nasihat untuk Gereja Efesus Wahyu 2:5
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.Jika tidak demikian,Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya,jkalau engkau tidak bertobat.Kembali kepada Kasih yang semula.Jika kita mengasihi Tuhan maka kita akan mematuhi perintah-perintahNya.











BAB II
LATAR BELAKANG DAN METODE RASUL PAULUS DALAM MERINTIS JEMAAT DI EFESUS

A.    Latar Belakang Paulus
1.      Kehidupan Sebelum Pertobatan Paulus
Paulus adalah seorang rasul yang mendirikan tujug jemaat dan menulis tiga belas surat yang dimuat didalam kanon perjanjian baru. Paulus dilahirkan di Tarsus, di propinsi Silisia dekat pantai selatan Asia kecil (Sekarang ini Turki). Paulus adalah orang Yahudi dari suku Benyamin yang memiliki pemahaman mengenai hukum Taurat yang sangat kuat. Dari ayahnya Paulus mewarisi kewarganegaraan Roma.[3]
Nama Yahidi Paulus ialah Saulus, yang lahir dari keluarga Ibrani yang sangat saleh. Ia dididik menurut adat istiadat Yahudi dan berusaha keras untuk menaatinya. Hidupnya yang yang sangat gigih dan disiplin untuk mempelajari kitab suci yang kemudian membuatnya tampil sebagai seorang pemimpin yang brilian, hal ini dapat kita lihat dari tanggapan-tanggapannya dalam berbagai macam bidang : bidang kitab suci, adat istiadat orang Yahudi, dan ia dikenal juga sebagai seorang yang mahir dalam membuat tenda.
Paulus juga meningkatkan kemampuan berfikirnya, dan ia juga ahli dalam berkomunikasi serta menguasai beberapa sastra bahasa pada waktu itu. Adapun bahasa yang dikuasainya pada saat itu diantaranya: bahasa Ibrani sebagai bahasa percakapan di lingkungan keagamaan dan lingkungan rumah, bahasa Yunani sebagai bahasa pergaulan masyarakat Tarsus, dan bahasa Aram sebagai bahasa sosialisasi. Bahasa-bahasa utama yang dipakai pada saat itu ialah bahasa Latian, bahasa Yunani, bahasa Aram, dan bahasa Ibrani.[4]  Paulus adalah seorang yang bertubuh pendek, rambut tipis, kakinya berbentuk leter “O”, badannya kekar, dan alisnya sangat tebal hingga saling bertemu.[5] Ini merupakan gambaran dimana seseorang yang sangat jelek. Jadi rupanya Paulus memiliki rupa yang sangat buruk.
2.    Pertobatan Paulus
Pada waktu itu Paulus sangat berkobar-kobar hatinya untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Lukas dengan sengaja memakai kata yang sangat keras untuk menggambarkan bahwa amarah Paulus sungguh melampaui batas-batas prikemanusiaan dan sudah menjurus kepada sifat kebinatangan (bdk Kis 9:1-8; 22:5-11; 26:12-15; Gal 1:13-16). Bahkan kalau ditinjau lebih jauh lagi, Paulus mengatakan hatinya belum puas kalau hanya menganiaya orang-orang Kristen di Yerusalem saja, namun lebih dari pada itu ia ingin membinasakan mereka.
Permintaanya untuk pergi ke Damsyik beserta beberapa orang prajurit segera dikabulkan oleh imam-imam besar dan imam-imam kepala, lalu ia diberi kekuasaan dan kewajiban untuk mencari orang-orang Kristen di Siria dengan tujuan untuk membelenggu serta membawa mereka ke Yerusalem. Sebenarnya pada saat siang hari biasanya orang-orang akan beristrahat untuk melepaskan rasa lelah mereka, namun tidak demikian dengan Saulus, ia sangat tidak sabar untuk segera melakukan pekerjaannya yaitu membawa orang-orang Kristen tersebut.
Pada waktu itu memancarlah dari langit sebuah cahaya yang sangat terang, bahkan lebih silau dan lebih terang dari cahaya mata hari. Cahaya yang ajaib itu tidak hanya menyinari Saulus melainkan juga menyinari orang-orang yang ikut serta dengan nya pada saat itu dan membuat mereka terlungkup dan rebah ke tanah. Pada waktu itu ia mendengar suara yang menyerukan kepadanya dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus mengapakah engkau menganiaya aku? Engkau menganiaya murid-murid-Ku, tetapi sebenarnya akulah yang kau aniaya. Dengan gemetar Saulus bertanya, siapakah Engkau?, maka tertengarlah suara yang berkata “Akulah Yesus, yang kau aniaya itu. Saulus menjadi buta karena cahaya tersebut dan kemudian ia dituntun ke rumah orang yang bernama Yudas yang tinggal di jalan lurus.[6] Lalu oleh tuntunan Tuhan Ananias pergi ke jalan yang bernama jalan lurus dan mencari rumah orang yang bernama Yudas dan kemudia bertemu dengan Saulus. Ananias menumpangkan tangannya atas Saulus sehingga ia kembali dapat melihat dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Sejak saat itulah Yesus menjadi Tuhan dan pemimpin baginya. Saat itu pula ia menerima Tugas yang baru, yaitu untuk memberitakan injil ke seluruh bangsa.
3.    Karakter Rasul Paulus
Karakter adalah hakikat sifat dan ekspresi kepribadian seseorang yang dinyatakan melalui pembicaraan serta dalam prilakunya sehari-hari. Karakter yang baik akan menampakkan diri kepada kebenaran, kebaikan, kejujuran, kesetiaan dan memantapkan hubungan diri dengan orang lain, mewujudkan kinerja yang baik. Berhubungan dengan kebaikan moral, sosial, ekonomi, menjamin keberhasilan dan sukses dalam segala bidang hidup manusia.[7]
Ada beberapa karakter yang menonjol dalam hidup Paulus. Ini dapat dilihat dari surat-suratnya kepada seluruh jemaat yang dilayanina. (1)Senantiasa Bersyukur (Fil 4), (2) Pemberani, (3) Mandiri, (4) Menyankal Diri, (5) Beriman, (6) Kasih, (7) Simpatik
B.     Metode Dalam Melakukan Penginjilan
Mungkin Pauluslah misionaris Kristen yang paling berhasil sepanjang zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu generasi, ia mengadakan perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah, dan mendirikan jemaat-jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana pun ia pergi. Paulus juga seorang ahli strategi yang ulung[8]. Rutenya tidak pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil keputusan.
Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah, tetapi ia sendiri tidak pernah mengunjungi suatu daerah terpencil! Ia dapat saja menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-daerah terpencil. Tetapi ia tidak melakukan hal-hal itu. Sebaliknya, ia memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh wilayah kekaisaran mereka. Digabung dengan rute-rute pelayaran utama, jalan-jalan tersebut menghubungkan semua pusat kependudukan utama, dan tempat-tempat seperti itulah yang dikunjungi Paulus. Ia tahu bahwa ia tidak pernah dapat membawa Injil secara pribadi kepada setiap oknum di seluruh kekaisaran. Tetapi kalau ia dapat membangun kelompok-kelompok Kristen yang bersemangat di beberapa kota utama, maka mereka pada gilirannya dapat menyebarkan kabar baik sampai ke pelosok terpencil. Lagi pula, orang dari daerah pedesaan sering harus mengunjungi kota-kota terdekat, dan mereka pun dapat mendengar Injil, yang nantinya mereka sebarkan kembali ke sanak- saudara mereka. Itulah yang terjadi pada hari Pentakosta di Yerusalem, dan Paulus menyadari betapa besarnya potensi strategi ini.
Paulus juga sadar diperlukannya variasi di dalam menyajikan berita Injil. Seorang kritikus pernah menyindir bahwa khotbah adalah "seperangkat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah diajukan siapa pun." Mungkin beberapa khotbah modern demikian sifatnya, tetapi khotbah-khotbah Paulus bukan demikian. Rahasia keberhasilan Yesus terletak dalam kemampuan-Nya untuk berbicara dengan orang-orang dimana pun mereka berada. Waktu di padang, Yesus berbicara tentang menanam gandum (Markus 4:1-9). Di keluarga, Ia berbicara tentang anak-anak (Matius 19:13-15). Dengan nelayan, pokok pembicaraan-Nya adalah ikan (Markus 1:14-18). Paulus bersikap sama. Ia pergi kepada orang-orang di tempat di mana mereka mau mendengar di sinagoge Yahudi, di pasar-pasar, bahkan di kuil-kuil kafir. Di sinagoge d Tesalonika, ia mulai dengan Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 17:2-3). Di Atena, ia mulai dengan "Allah yang tidak dikenal, yang dicari oleh orang-orang Yunani (Kisah Para Rasul 17:22-31). Di Efesus, ia bersedia terlibat dalam perdebatan di depan umum tentang makna Injil Kristen (Kisah Para Rasul 19:9). [9]  
Beberapa cara Paulus untuk menjangkau mereka:
1.         Memasuki Sinagoge (penulis mencoba berpedoman melalui Kisah Para Rasul ketika Paulus menginjili kota Atena)
Seperti biasa, Paulus memulai aktivitas misi dengan mengunjungi rumah ibadat Yahudi (synagogh) yang memang dapat dijumpai di banyak tempat (band. 13:14-43; 14:1; 17:1-2, 10, 17; 18:4-8; 19:8; band. 24:12). Sebagai orang Yahudi, Paulus memiliki pijakan bersama yang alamiah dengan orang-orang Yahudi. Situasi rumah ibadat yang menekankan pengajaran melalui dialog (Kis 17:17) juga sangat sesuai dengan latar belakang kerabian Paulus sebagai Farisi (band. Flp 3:5b; Gal 1:14). Walaupun dia menyadari panggilannya sebagai rasul untuk bangsa non-Yahudi (Rom 1:5; 11:13), tetapi dia tidak pernah membatasi pelayanannya hanya kepada mereka.
2.                   Melalui  perguruan tinggi Tiranus
Paulus adalah seorang yang berpendidikan. Ini dapat dilihat dari sejarah dan latar belakang kebudayaan orang-orang Yahudi yang memberikan pendidikan yang baik kepada setiap anak laki-lakinya.
3.                   la melakukan mukjizat-mukjizat yang luar biasa
Melalui karunia yang diterimanya, ia melakukan banyak sekali mujizat, sehingga membuat orang lain menjadi takjub terhadapnya.
4.                  Menjangkau masyarakat yang lebih luas di propinsi itu umumnya dan di Efesus
Paulus juga melakuakan penjangkauan melalui berbagai macam hal.
C.     Tantangan Dalam Pemberitaan Injil
Ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh rasul Paulus.
1.      Pengaruh kaum buruh, buruh tukang perak mengajukan protes bahwa ajaran Paulus telah mengancam kelangsungan hidup usaha mereka membuat cinderamata keagamaan berupa kuil-kuil dewi Artemis dari perak terancam tidak akan laku lagi.
2.      pertanyaan mengenai kelangsungan ajaran Yohanes Pembaptis, yang murid- muridnya masih tetap aktif setelah Yohanes wafat. Apolos, seorang cendekiawan Yahudi dari Aleksandria, yang telah mengajarkan tentang Yesus di Efesus, "hanya mengetahui baptisan Yohanes" (18:24 25). Pasti ia sudah mengetahui bahwa Mesias sudah datang, dan bahwa Ia sudah ditahbiskan untuk melayani Allah, dan bahwa persiapan untuk menyambut pelayanan-Nya harus meliputi pertobatan dan iman.
3.      Persoalan yang ketiga, dalam misi di Asia ini adalah ilmu gaib. Tukang- tukang sihir Yahudi yang diwakili oleh anak-anak Skewa, serta beratus- ratus orang lainnya membakar kitab-kitab sihirya, membuktikan betapa jauh kepercayaan takhyul dan ilmu sihir telah merasuki bangsa Yahudi di sana. Jawaban dari persoalan ini ada dua macam.
ü  Dari sudut positif, kekuasaan Kristus ternyata lebih besar daripada ilmu sihir dan ilmu tenung. Orang sakit disembuhkan, orang kerasukan setan disadarkan, dan mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan sihir begitu menyadari kesesatan jalan mereka hingga dengan sukarela membakar kitab-kitab sihir yang menjadi pegangan mereka selama ini (Kisah 19:19).
ü  Dari sudut negatif, kekhususan Injil menjadi nyata. Seorang Kristen tidak akan menambahkan kepercayaan Kristennya pada agama lain yang telah dipeluknya; ia meninggalkan kepercayaan lamanya. Pada dasarnya dalam agama Kristen tidak ada toleransi terhadap semua lawannya, dan di Efesuslah prinsip ini paling jelas diperlihatkan.













BAB III
KESIMPULAN
Melalui apa yang sudah penulis paparkan diatas, maka penulis dapat penyimpulkan bagaimanakah metode rasul Paulus dalam membangun jemaat di Efesus. Namun sebelum itu, penulis akan menjelaskan secara singkat bagaimana latar belakang kota tersebut dan latar belakang Paulus sendiri. Kota Efesus merupakan kota yang cukup besar pada saat itu bahkan disebutkan kota itu adalah kota terbesar kedua di dunia pada saat itu. Dengan kesadaran tersebutlah kemudian Paulus menyadarai bahwa tempat tersebut adalah suatu tempat yang sangat memungkinkan untuk mendirikan sebuah jemaat yang baru. Selain itu kota tersebut merupakan kota yang menyembah berhala.
Paulus sendiri merupakan orang yang sangat terpandang, ia adalah seorang yang terpelajar sejak masa kecilnya. Ia juga adalah orang yang sangat benci kepada orang-orang Kristen pada saat itu, hingga pada suatu pristiwa membuat dia mengenal Tuhan secara pribadi. Melalui pristiwa tersebutlah kemudia ia berubah total, dari seorang yang benci kepada Kristen menjadi sseorang yang radikal terhadap kekristenan.
Ternyata latar belakang Paulus sebagai seorang yag berpendidikanlah yang mempermudahnya untuk memberitakan Injil Kristus. Dalam hal ini penulis kususkan di kota Efesus. Dalam membangun jemaat disana, Paulus rupanya memiliki strategi tersendiri: ia memasuki rumah-rumah ibadah, memasuki perguruan-perguruan tinggi dll. Inilah hal-hal yang dilakukan oleh rasul Paulus sehingga membuat dia berhasil dalam membangun jemaat disana. 


[1] www.wikkipedia.com, Kota Efesus, diunduh pada hari kamis 15 Okt 2012
[2] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Gandum Mas, Malang, 1995), hal : 360
[3] Norbert Brox, Memahami Amanat Santo Paulus (Yogyakarta, Kanisius, 1992), 10.
[4] Tenney, M.C & Barabas S, A Man In Christ (London: Hodder & Stoughton Limite, 1982)
[5] Barclay, W, Duta Bagi Kristus: Hidup Rasul Paulus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 2
[6] Ibid, hal 728
[7]  Yakob Tomala, Pemimpin Yang handal (Jakarta: YT Leadership Fondation, 1996), 43
[8] Barclay, W, Duta Bagi Kristus: Hidup Rasul Paulus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 142
[9] John Drane, Memahami Perjanjian Baru (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996), 344