BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Efesus
Kota Efesus merupakan salah satu daerah
pemukiman yang tertua di pantai sebelah barat Asia Kecil dan kota yang paling
menonjol di propinsi Romawi di Asia. Arti kata Efesus adalah kerinduan yang
satu.Ini menggambarkan kerinduan anak-anak Tuhan saat itu untuk mengabarkan
Injil ke seluruh penjuru dunia.Hal ini dapat dilihat di Peta Alkitab dimana
ke-Kristenan berkembang mulai dari kota Antiokhia,terus ke barat ke daerah Asia
Kecil,ke Macedoniadan sampai ke Roma. Saat itu kota Roma adalah pusat
pemerintahan Kerajaan Romawi kuno.
Ephesos (bahasa Yunani
kuno Ἔφεσος, Ephesos;
bahasa Turki
Efes) atau Efesus adalah kota Yunani kuno,
dan di kemudian hari menjadi kota Romawi, di pesisir barat Asia Kecil,
dekat Selçuk modern, Provinsi Izmir,
Turki.
Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota anggota Liga Ionia pada masa Yunani Klasik.
Pada masa Romawi,
selama bertahun-tahun kota ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah
kota Roma.
Ephesos memiliki populasi sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM,
yang ketika itu menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia.
Asal mula kota
ini tidak pernah diketahui, tetapi dalam abad kedelapan SM ia merupakan wilayah
pemukiman yang menonjol dan sudah lama diambil alih oleh bangsa Yunani. Ia
terletak sekitar tiga mil dari pantai di tepi Sungai Kayster, yang pada waktu
itu dapat dilayari, sehingga Efesus merupakan kota pelabuhan. Lembah Sungai
Kayster melandai sampai jauh ke pedalaman hingga digunakan sebagai jalur
perjalanan kafilah ke Timur. Dari Efesus ada jalan- jalan raya yang
menghubungkannya dengan semua kota-kota besar lainnya di propinsi itu serta
jalur-jalur perniagaan yang menghubungkannya dengan wilayah utara dan timur. Ia
merupakan pos yang strategis untuk mengabarkan Injil, karena para pekerja dari
Efesus mempunyai hubungan dengan seluruh wilayah pedalaman Asia.
Tempat yang terkenal di Efesus adalah kuil dewi
Artemis yang mahabesar. Dewi Artemis adalah dewi orang-orang Efesus yang
kemudian disamakan dengan dewi Artemis orang Yunani dan Diana dari Romawi.
Patungnya berupa sebuah tubuh yang berbuah dada banyak dan berkepala seorang
wanita, dengan sebongkah batu besar sebagai ganti kaki. Kuil yang pertama
mungkin dibangun sekitar abad yang keenam SM, tetapi belum selesai hingga tahun
400 SM. Ia dibakar sampai rata ke tanah pada tahun 356 SM dan digantikan oleh
bangunan yang lebih baru dan lebih besar, 425 kaki kali 225 kaki, yang disokong
oleh sumbangan dari seluruh Asia. Ia dianggap sebagai salah satu keajaiban
dunia dan dikunjungi oleh banyak peziarah yang akan beribadat dalam tempat
pemujaannya. Kuil ini bukan hanya
merupakan pusat pemujaan saja, tetapi karena tanah dan ruangan-ruangannya
dianggap suci dan tidak boleh dicemari, ia juga merupakan tempat perlindungan
bagi kaum yang tertindas dan tempat penyimpanan harta. Suatu gambaran kasar dari kuil ini terlukis
pada mata uang Efesus, disertai sebutan yang digunakan dalam Kisah Para Rasul
bagi kota ini, NEOKOROS, atau kota yang memelihara kuil dewi Artemis (19:35).
Berbeda dengan kebanyakan orang yang terjebak dalam rutinitas ibadahnya,
penduduk Asia dan Efesus khususnya menunjukkan pengabdian yang nyaris fanatik
terhadap dewi Artemis. Kegairahan mereka tercermin dalam perbuatan orang banyak
di gedung kesenian, yang selama dua jam penuh meneriakkan 'Besarlah Artemis
dewi orang Efesus" (19:34).
- Gereja
Di Efesus
Gereja Efesus
dikategorikan oleh para ahli Alkitab sebagai Gereja Kerasulan atau Apostolic
Church. Masa Gereja Kerasulan dimulai dari saat Hari Pentakosta pada tahun 30
AD sampai dengan tahun 100 AD. Ciri khas Gereja Kerasulan ini adalah mereka
mempunyai semangat/gairah yang besar dalam hal penginjilan. Pada masa
itu,seluruh anak-anak Tuhan begitu berapi-api untuk memberitakan Keselamatan di
dalam Tuhan Yesus Kristus.Dan banyak kaum Yahudi yang bertobat dan terima Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cerita tentang Gereja Efesus dapat dibaca di
Kisah 18:19 sampai Kisah 19:11.
1.
Pujian untuk Gereja Efesus (Wahyu 2:2-3)
Aku tahu segala pekerjaanmu:baik
jerih payahmu maupun ketekunanmu.Aku tahu bahwa engkau tidak dapat sabar
terhadap orang-orang jahat,bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut
dirinya rasul,tetapi yang sebenarnya tidak demikian,bahwa engkau telah
mendapati mereka pendusta.Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena
NamaKu dan engkau tidak mengenal lelah.
Tuhan Yesus mengerti benar jerih
payah dan ketekunan mereka dalam pelayanan gereja.Seperti yang telah kita baca
di Kisah 20:19,mereka berjuang dengan penuh cucuran air mata dan
pencobaan.Mereka tetap setia kepada Kristus.TuhanYesus akan selalu mengingat
jerih payah dan pengorbanan mereka yang mengasihiNya.Matius 10:42.
2.
Teguran untuk Gereja Efesus Wahyu 2:4
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah
meninggalkan
kasihmu yag semula.
Walaupun hanya 1 macam teguran, tapi
teguran ini sangat serius, yaitu meninggalkan kasih kita yang mula-mula.Hal ini
terjadi ketika generasi para rasul telah tinggal sedikit karena sebagian dari
mereka telah menjadi martir karena Nama Yesus.Yang tertinggal dari generasi
para rasul hanya rasul Yohanes. Meskipun jemaat Efesus mengasihi Tuhan tetapi
mereka kehilangan kasih yang spontan kepada Kristus.Mereka kehilangan kasih
yang meluap-luap ketika saat pertama kali berjumpa Kristus.
3.
Nasihat untuk Gereja Efesus Wahyu 2:5
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya
engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau
lakukan.Jika tidak demikian,Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil
kaki dianmu dari tempatnya,jkalau engkau tidak bertobat.Kembali kepada Kasih
yang semula.Jika kita mengasihi Tuhan maka kita akan mematuhi
perintah-perintahNya.
BAB II
LATAR BELAKANG DAN METODE RASUL PAULUS DALAM MERINTIS
JEMAAT DI EFESUS
A.
Latar Belakang Paulus
1.
Kehidupan Sebelum Pertobatan Paulus
Paulus adalah seorang rasul yang mendirikan tujug
jemaat dan menulis tiga belas surat yang dimuat didalam kanon perjanjian baru.
Paulus dilahirkan di Tarsus, di propinsi Silisia dekat pantai selatan Asia
kecil (Sekarang ini Turki). Paulus adalah orang Yahudi dari suku Benyamin yang
memiliki pemahaman mengenai hukum Taurat yang sangat kuat. Dari ayahnya Paulus
mewarisi kewarganegaraan Roma.
Nama Yahidi Paulus ialah Saulus, yang lahir dari
keluarga Ibrani yang sangat saleh. Ia dididik menurut adat istiadat Yahudi dan
berusaha keras untuk menaatinya. Hidupnya yang yang sangat gigih dan disiplin
untuk mempelajari kitab suci yang kemudian membuatnya tampil sebagai seorang
pemimpin yang brilian, hal ini dapat kita lihat dari tanggapan-tanggapannya
dalam berbagai macam bidang : bidang kitab suci, adat istiadat orang Yahudi,
dan ia dikenal juga sebagai seorang yang mahir dalam membuat tenda.
Paulus juga meningkatkan kemampuan berfikirnya, dan ia
juga ahli dalam berkomunikasi serta menguasai beberapa sastra bahasa pada waktu
itu. Adapun bahasa yang dikuasainya pada saat itu diantaranya: bahasa Ibrani
sebagai bahasa percakapan di lingkungan keagamaan dan lingkungan rumah, bahasa
Yunani sebagai bahasa pergaulan masyarakat Tarsus, dan bahasa Aram sebagai
bahasa sosialisasi. Bahasa-bahasa utama yang dipakai pada saat itu ialah bahasa
Latian, bahasa Yunani, bahasa Aram, dan bahasa Ibrani. Paulus adalah seorang yang bertubuh pendek,
rambut tipis, kakinya berbentuk leter “O”, badannya kekar, dan alisnya sangat
tebal hingga saling bertemu.
Ini merupakan gambaran dimana seseorang yang sangat jelek. Jadi rupanya Paulus
memiliki rupa yang sangat buruk.
2.
Pertobatan Paulus
Pada waktu itu Paulus sangat berkobar-kobar hatinya
untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Lukas dengan sengaja memakai
kata yang sangat keras untuk menggambarkan bahwa amarah Paulus sungguh
melampaui batas-batas prikemanusiaan dan sudah menjurus kepada sifat
kebinatangan (bdk Kis 9:1-8; 22:5-11; 26:12-15; Gal 1:13-16). Bahkan kalau
ditinjau lebih jauh lagi, Paulus mengatakan hatinya belum puas kalau hanya
menganiaya orang-orang Kristen di Yerusalem saja, namun lebih dari pada itu ia
ingin membinasakan mereka.
Permintaanya untuk pergi ke Damsyik beserta beberapa
orang prajurit segera dikabulkan oleh imam-imam besar dan imam-imam kepala,
lalu ia diberi kekuasaan dan kewajiban untuk mencari orang-orang Kristen di
Siria dengan tujuan untuk membelenggu serta membawa mereka ke Yerusalem. Sebenarnya
pada saat siang hari biasanya orang-orang akan beristrahat untuk melepaskan
rasa lelah mereka, namun tidak demikian dengan Saulus, ia sangat tidak sabar
untuk segera melakukan pekerjaannya yaitu membawa orang-orang Kristen tersebut.
Pada waktu itu memancarlah dari langit sebuah cahaya
yang sangat terang, bahkan lebih silau dan lebih terang dari cahaya mata hari.
Cahaya yang ajaib itu tidak hanya menyinari Saulus melainkan juga menyinari
orang-orang yang ikut serta dengan nya pada saat itu dan membuat mereka
terlungkup dan rebah ke tanah. Pada waktu itu ia mendengar suara yang
menyerukan kepadanya dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus mengapakah engkau
menganiaya aku? Engkau menganiaya murid-murid-Ku, tetapi sebenarnya akulah yang
kau aniaya. Dengan gemetar Saulus bertanya, siapakah Engkau?, maka tertengarlah
suara yang berkata “Akulah Yesus, yang kau aniaya itu. Saulus menjadi buta
karena cahaya tersebut dan kemudian ia dituntun ke rumah orang yang bernama
Yudas yang tinggal di jalan lurus.
Lalu oleh tuntunan Tuhan Ananias pergi ke jalan yang bernama jalan lurus dan
mencari rumah orang yang bernama Yudas dan kemudia bertemu dengan Saulus.
Ananias menumpangkan tangannya atas Saulus sehingga ia kembali dapat melihat
dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Sejak saat itulah Yesus menjadi Tuhan dan pemimpin
baginya. Saat itu pula ia menerima Tugas yang baru, yaitu untuk memberitakan
injil ke seluruh bangsa.
3.
Karakter Rasul Paulus
Karakter adalah hakikat sifat dan ekspresi kepribadian
seseorang yang dinyatakan melalui pembicaraan serta dalam prilakunya
sehari-hari. Karakter yang baik akan menampakkan diri kepada kebenaran,
kebaikan, kejujuran, kesetiaan dan memantapkan hubungan diri dengan orang lain,
mewujudkan kinerja yang baik. Berhubungan dengan kebaikan moral, sosial,
ekonomi, menjamin keberhasilan dan sukses dalam segala bidang hidup manusia.
Ada beberapa
karakter yang menonjol dalam hidup Paulus. Ini dapat dilihat dari
surat-suratnya kepada seluruh jemaat yang dilayanina. (1)Senantiasa Bersyukur
(Fil 4), (2) Pemberani, (3) Mandiri, (4) Menyankal Diri, (5) Beriman, (6) Kasih,
(7) Simpatik
B.
Metode Dalam Melakukan Penginjilan
Mungkin Pauluslah misionaris Kristen yang paling
berhasil sepanjang zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu generasi, ia
mengadakan perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah, dan mendirikan
jemaat-jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana pun ia pergi. Paulus
juga seorang ahli strategi yang ulung.
Rutenya tidak pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas
pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil keputusan.
Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah, tetapi
ia sendiri tidak pernah mengunjungi suatu daerah terpencil! Ia dapat saja
menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi
wilayah yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju
daerah-daerah terpencil. Tetapi ia tidak melakukan hal-hal itu. Sebaliknya, ia
memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh
wilayah kekaisaran mereka. Digabung dengan rute-rute pelayaran utama,
jalan-jalan tersebut menghubungkan semua pusat kependudukan utama, dan
tempat-tempat seperti itulah yang dikunjungi Paulus. Ia tahu bahwa ia tidak
pernah dapat membawa Injil secara pribadi kepada setiap oknum di seluruh
kekaisaran. Tetapi kalau ia dapat membangun kelompok-kelompok Kristen yang
bersemangat di beberapa kota utama, maka mereka pada gilirannya dapat
menyebarkan kabar baik sampai ke pelosok terpencil. Lagi pula, orang dari
daerah pedesaan sering harus mengunjungi kota-kota terdekat, dan mereka pun
dapat mendengar Injil, yang nantinya mereka sebarkan kembali ke sanak- saudara
mereka. Itulah yang terjadi pada hari Pentakosta di Yerusalem, dan Paulus
menyadari betapa besarnya potensi strategi ini.
Paulus juga sadar diperlukannya variasi di dalam
menyajikan berita Injil. Seorang kritikus pernah menyindir bahwa khotbah adalah
"seperangkat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah
diajukan siapa pun." Mungkin beberapa khotbah modern demikian sifatnya,
tetapi khotbah-khotbah Paulus bukan demikian. Rahasia keberhasilan Yesus
terletak dalam kemampuan-Nya untuk berbicara dengan orang-orang dimana pun
mereka berada. Waktu di padang, Yesus berbicara tentang menanam gandum (Markus
4:1-9). Di keluarga, Ia berbicara tentang anak-anak (Matius 19:13-15). Dengan
nelayan, pokok pembicaraan-Nya adalah ikan (Markus 1:14-18). Paulus bersikap
sama. Ia pergi kepada orang-orang di tempat di mana mereka mau mendengar di
sinagoge Yahudi, di pasar-pasar, bahkan di kuil-kuil kafir. Di sinagoge d
Tesalonika, ia mulai dengan Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 17:2-3). Di
Atena, ia mulai dengan "Allah yang tidak dikenal, yang dicari oleh
orang-orang Yunani (Kisah Para Rasul 17:22-31). Di Efesus, ia bersedia terlibat
dalam perdebatan di depan umum tentang makna Injil Kristen (Kisah Para Rasul
19:9).
Beberapa cara Paulus untuk menjangkau mereka:
1.
Memasuki Sinagoge (penulis
mencoba berpedoman melalui Kisah Para Rasul ketika Paulus menginjili kota
Atena)
Seperti biasa,
Paulus memulai aktivitas misi dengan mengunjungi rumah ibadat Yahudi (synagogh) yang memang dapat dijumpai di banyak tempat
(band. 13:14-43; 14:1; 17:1-2, 10, 17;
18:4-8; 19:8; band. 24:12). Sebagai orang Yahudi, Paulus memiliki pijakan
bersama yang alamiah dengan orang-orang Yahudi. Situasi rumah ibadat yang
menekankan pengajaran melalui dialog (Kis 17:17) juga sangat
sesuai dengan latar belakang kerabian Paulus sebagai Farisi (band. Flp 3:5b; Gal 1:14). Walaupun dia menyadari
panggilannya sebagai rasul untuk bangsa non-Yahudi (Rom 1:5;
11:13), tetapi dia tidak pernah membatasi pelayanannya hanya kepada mereka.
2.
Melalui
perguruan tinggi Tiranus
Paulus
adalah seorang yang berpendidikan. Ini dapat dilihat dari sejarah dan latar
belakang kebudayaan orang-orang Yahudi yang memberikan pendidikan yang baik
kepada setiap anak laki-lakinya.
3.
la melakukan mukjizat-mukjizat yang luar biasa
Melalui
karunia yang diterimanya, ia melakukan banyak sekali mujizat, sehingga membuat
orang lain menjadi takjub terhadapnya.
4.
Menjangkau masyarakat yang lebih luas di propinsi itu
umumnya dan di Efesus
Paulus juga melakuakan penjangkauan melalui berbagai
macam hal.
C.
Tantangan Dalam Pemberitaan Injil
Ada beberapa
tantangan yang dihadapi oleh rasul Paulus.
1.
Pengaruh kaum buruh, buruh tukang perak mengajukan
protes bahwa ajaran Paulus telah mengancam kelangsungan hidup usaha mereka
membuat cinderamata keagamaan berupa kuil-kuil dewi Artemis dari perak terancam
tidak akan laku lagi.
2.
pertanyaan mengenai kelangsungan ajaran Yohanes
Pembaptis, yang murid- muridnya masih tetap aktif setelah Yohanes wafat.
Apolos, seorang cendekiawan Yahudi dari Aleksandria, yang telah mengajarkan
tentang Yesus di Efesus, "hanya mengetahui baptisan Yohanes" (18:24
25). Pasti ia sudah mengetahui bahwa Mesias sudah datang, dan bahwa Ia sudah
ditahbiskan untuk melayani Allah, dan bahwa persiapan untuk menyambut
pelayanan-Nya harus meliputi pertobatan dan iman.
3.
Persoalan yang ketiga, dalam misi di Asia ini adalah
ilmu gaib. Tukang- tukang sihir Yahudi yang diwakili oleh anak-anak Skewa,
serta beratus- ratus orang lainnya membakar kitab-kitab sihirya, membuktikan
betapa jauh kepercayaan takhyul dan ilmu sihir telah merasuki bangsa Yahudi di
sana. Jawaban dari persoalan ini ada dua macam.
ü Dari sudut
positif, kekuasaan Kristus ternyata lebih besar daripada ilmu sihir dan ilmu
tenung. Orang sakit disembuhkan, orang kerasukan setan disadarkan, dan mereka
yang melakukan perbuatan-perbuatan sihir begitu menyadari kesesatan jalan
mereka hingga dengan sukarela membakar kitab-kitab sihir yang menjadi pegangan
mereka selama ini (Kisah 19:19).
ü Dari sudut
negatif, kekhususan Injil menjadi nyata. Seorang Kristen tidak akan menambahkan
kepercayaan Kristennya pada agama lain yang telah dipeluknya; ia meninggalkan
kepercayaan lamanya. Pada dasarnya dalam agama Kristen tidak ada toleransi
terhadap semua lawannya, dan di Efesuslah prinsip ini paling jelas
diperlihatkan.
BAB III
KESIMPULAN
Melalui apa
yang sudah penulis paparkan diatas, maka penulis dapat penyimpulkan
bagaimanakah metode rasul Paulus dalam membangun jemaat di Efesus. Namun
sebelum itu, penulis akan menjelaskan secara singkat bagaimana latar belakang
kota tersebut dan latar belakang Paulus sendiri. Kota Efesus merupakan kota
yang cukup besar pada saat itu bahkan disebutkan kota itu adalah kota terbesar
kedua di dunia pada saat itu. Dengan kesadaran tersebutlah kemudian Paulus
menyadarai bahwa tempat tersebut adalah suatu tempat yang sangat memungkinkan
untuk mendirikan sebuah jemaat yang baru. Selain itu kota tersebut merupakan
kota yang menyembah berhala.
Paulus
sendiri merupakan orang yang sangat terpandang, ia adalah seorang yang
terpelajar sejak masa kecilnya. Ia juga adalah orang yang sangat benci kepada
orang-orang Kristen pada saat itu, hingga pada suatu pristiwa membuat dia
mengenal Tuhan secara pribadi. Melalui pristiwa tersebutlah kemudia ia berubah
total, dari seorang yang benci kepada Kristen menjadi sseorang yang radikal
terhadap kekristenan.
Ternyata
latar belakang Paulus sebagai seorang yag berpendidikanlah yang mempermudahnya
untuk memberitakan Injil Kristus. Dalam hal ini penulis kususkan di kota
Efesus. Dalam membangun jemaat disana, Paulus rupanya memiliki strategi
tersendiri: ia memasuki rumah-rumah ibadah, memasuki perguruan-perguruan tinggi
dll. Inilah hal-hal yang dilakukan oleh rasul Paulus sehingga membuat dia
berhasil dalam membangun jemaat disana.
John Drane, Memahami Perjanjian Baru (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996), 344